Senin, 31 Desember 2018

FILSAFAT PENDIDIKAN MATEMATIKA

FILSAFAT PENDIDIKAN MATEMATIKA
Oleh: Aan dan Marsigit

BAB I: Persoalan-Persoalan Pokok dalam Pengembangan Pendidikan Matematika
Pendidikan matematika di Indonesia berkembang sesuai dengan perkembangan pendidikan matematika dunia. Proses pembelajaran saat ini sudah berkembang sesuai dengan bertambah manjunya teknologi saat ini. Dalam mengembangkan pendidikan matematika tidak akan jauh-jauh dengan yang namanya kurikulum matematika di sekolah dan kompetensi guru dalam proses pembelajaran matematika.
  1.        Kurikulum Matematika di Sekolah
Kurikulum di Indonsia terkesan tidak konsisten dan sering berubah-ubah. Setiap pergantian presiden, maka kurikulum juga ikut ganti. Namun sayangnya pergantian kurikulum tersebut tidaklah menyesuaikan dengan keadaan yang ada di Indonesia. Perubahan tersebut terkesan hanya untuk memenuhi kebutuhan pasar dan tidak benar-benar untuk meningkatkan kemampuan masyarakatnya. Adanya perubahan yang terkesan buru-buru ini membuat pelaksana kurikulum menjadi bingung dan harus beradaptasi dengan kurikulum yang baru. Padahal dalam beradaptasi juga tidaklah mudah.
Sejak tahun 1968, Indonesia telah terjadi beberapa kali perubahan kurikulum sekolah. Berawal dari Kurikulum 1968, Kurikulum 1975, Kurikulum 1984, Kurikulum 1996, Kurikulum 1999, Kurikulum Berbasih Kompetensi (2002), Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), dan saat ini menjadi Kurikulum 2013. Perubahan kurikulum sering terjadi karena dianggap masih memiliki beberapa kekurangan dan perlu adanya diperbaiki. Namun tidak tahu juga sebenarnya dari sudut pandang siapa kurikulum tersebut masih kurang sesuai dan siapa yang berperan dalam pembuatan kurikulum tersebut. Apa yang membuat pemerintah berpikiran bahwa kurikulum tersebut kurang pas dan apa patokan yang membuat kurikulum bisa pas atau tidak.
 Pada dasarnya dalam pembuatan kurikulum tidak hanya pemerintah saja yang berperan, namun juga perlu adanya pendapat langsung dari pelaksana kurikulum seperti guru dan siswa. Mempunyai standar yang tinggi tanpa mempedulikan kondisi yang terjadi tidak akan membuat standar tersebut bisa berhasil dan mencapai tujuannya. Yang ada malah membuat bingung dan pelaksanaannya tidak akan sesuai seperti yang diinginkan.
Setiap kurikulum yang dilaksanakan pasti ada kekurangan dan kelebihan. Sehingga pemerintah berusaha untuk memperbaiki kekurangan yag ada. Oleh karena itu, saat ini Indonesia menggunakan kurikulum 2013 yang dianggapnya sesuai dan dapat mencapai pendidikan matematika yang diinginkan. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang pelaksanaannya di dukung dengan pendekatan saintifik dimana guru berperan sebagai fasilitator dan siswa sebagai tokoh utamanya. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik membantu siswa untuk menemukan konsepnya sendiri. Pengalaman yang dialaminya secara langsung akan membuat lebih berkesan sehingga siswa bisa lebih paham. Akan tetapi hal ini juga tidak akan bisa berhasil jika guru kurang bisa memberikan fasilitas yang sesuai.
Penerapan kurikulum 2013 tekesan buru-buru. Perubahan yang terjadi tidak disertai dengan studi dan kajian yang memadai sehingga tidak ada perencanaan secara matang. Pelaksanaan kurikulum 2013 cukup sulit dimengerti para guru karena pelatiha tidak disipakan dengan baik. Walaupun saat ini sudah sering adanya pelatihan kurikulum untuk para guru, namun hal tersebut terkesan hanya sebuah syarat saja dan belum bisa mencapai apa yang diinginkan. Pelatihan kurikulum yang hanya dilakukan dalam waktu yang singkat tidak bisa membuahkan hasil yang maksimal. Namun juga jika dilakukan dalam waktu yang lama dapat membuat guru menjadi bosan. Apalagi seorang guru yang terhitung sudah berumur dan memiliki banyak tanggungan di rumah pasti akan merasa terganggu dengan adanya acara yang cenderung membuatnya harus cuti dari pekerjaan rumahnya untuk sementara waktu. Pasti hal ini juga berat untuk dilakukan.
Penyelenggara kurikulum sebelum melakukan perubahan seharusnya melakukan survey ataupun observasi terlebih dahulu. Kemampuan yang dimiliki satu orang dengan orang lain berbeda-beda. Mungkin ada yang bisa langsung menerapkan dengan baik kurikulum tersebut, namun banyak yang merasa kesulitan dalam penerapannya. Oleh karena itu, janganlah membuat sebuah kurikulum yang sulit untuk diterapkan dan janganlah semata-mata hanya untuk memenuhi kebutuhan pasar saja, namun buatlah kurikulum yang sesuai dengan kemampuan rakyat Indonesia sehingga dalam penerapannya dapat berjalan dengan baik dan bisa mencapai pendidikan yang diinginkan.
     2.        Kompetensi Guru dalam Pembelajaran Matematika
Pelaksanaan pembelajaran di kelas jika hanya dilakukan dengan ceramah pasti akan sangat membosankan. Sehingga seorang guru harus dapat mempersiapkan strategi yang baik sebelum mengajarkan matematika. Kompetensi yang dimiliki oleh guru patut untuk diperhatikan karena guru sebagai ujung tombak dalam merencanakan, melaksakan, dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran matematika di kelas. Guru yang kurang kompeten dapat menghambat perkembangan pendidikan matematika. Sehingga perlu adanya perhatian khusus terhadap guru agar apa yang sudah menjadi tujuan bisa tercapai sebagaimana mestinya. Hal ini tentu menjadi tugas tersendiri bagi pemerintah untuk dapat menyediakan program pelatihan yang dapat meningkatkan kmpetensi guru.     
Sebagai seorang guru, mempunyai kewajiban untuk dapat memfasilitasi semua siswanya. Guru tidak boleh hanya memperhatikan beberapa siswa saja, namun semua siswa juga harus diperhatikan. Biasanya guru mengampu tidak hanya di satu kelas saja namun juga dibeberapa kelas. Dalam satu kelas, pasti ada berbagai macam karakter yang dimiliki oleh siswanya. Ada yang suka ribut, ada yang sangat pendiam, ada yang sangat rajin mengerjakan tugas, ada yang pemalas, dan lain sebagainya. karakter yang satu dengan yang lainnya bisa berbeda-beda. Hal ini merupakan salah satu tugas berat guru untuk dapat memahami berbagai macam karakternya.
Karakter dari siswa dalam setiap kelas harus dapat diketahui oleh guru. Mengapa guru harus mengetahui karakter siswanya? Padahal siswa tidak hanya satu melainkan banyak siswa. Hal ini bisa bermanfaat bagi guru untuk dapat merencanakan strategi apa yang sesuai dengan karakter mereka. Memang secara logika tidak akan ada strategi yang dapat memfasilitasi semua siswa, namun guru bisa terus berganti strategi untuk dapat memfasilitasi semua siswanya. Jika dalam setiap pembelajaran hanya menggunakan strategi yang sama terus, maka siswa juga akan merasa bosan. Oleh karena itu, guru harus terus berusaha untuk memberikan pembelajaran yang inovatif dan kreatif sehingga siswa tidak merasa bosan dan bisa belajar dengan baik. selain itu, guru juga berusaha untuk dapat memberikan motivasi kepada siswanya, sehingga siswanya bisa sadar dan terbuka pikirannya untuk mau belajar matematika.
   3.        Persoalan dalam Pengembangan Pendidikan Matematika
Matematika merupakan pelajaran wajib yang ada disemua jenjang pendidikan. Selain itu, tidak dipungkiri juga bahwa dalam kehidupan sehari-hari dijumpai adanya matematika mulai dari perdaganyan, pembuatan rumah, perhitungan jumlah perabotan yang sesuai, dan lain sebagainya. Untuk itu, disadari ataupun tidak disadari matematika sudah melekat pada diri sejak lahir. Sehingga dalam setiap jenjang pendidikan akan selalu ditemui pelajaran matematika karena matematika sangat penting sampai-sampai disebut sebagai ratu ilmu pengetahuan.
Pendidikan matematika di sekolah tentu akan melibatkan guru, siswa, maupun pihak terkait lainnya. Dalam mengembangkan pendidikna matematika pasti diperlukan adanya kerjasama antara pihak yang satu dengan pihak yang lainnya. Jika dalam pelaksanaannya tidak didukung oleh semua orang maka apa yang menjadi tujuannya tidak dapat tercapai. Misalnya saja dalam perubahan kurikulum, jka tidak didukung dengan SDM yang memenuhi maka tidak akan bisa berjalan dengan baik. Oleh karena itu, perlu adanya kerjasama yang baik dengan semua pihak terkait.
Pendidikan matematika di sekolah diterapkan dalam bentuk pembelajaran di kelas. Proses belajar mengajar melibatkan guru dan siswa. Dalam proses pembelajaran tidak hanya guru saja yang berjuang membantu siswanya untuk bisa, namun juga siswa harus berjuang untuk dapat memahaminya. Banyak sekali faktor penyebab mengapa siswa susah memahami sesuatu. Hal tersebut bisa karena diri sendiri maupun orang lain. Tak jarang siswa merasa kekurangan motivasi, merasa bahwa pelajaran matematika tidak penting,  merasa bahwa pelajaran matematika sulit sehingga malas untuk mempelajarinya, dan lain sebagainya.
Selama ini pelajaran matematika salah dimaknai oleh kebanyakan orang. Mereka menganggap bahwa pelajaran matematika hanyalah sebuah pelajaran hitung-hitungan yang sulit tanpa ingin mengetahui apa yag sebenarnya ingin dicapai dalam pembelajaran matematika. Anggapan orang dewasa pada umumnya membuat anak-anak menjadi terpengaruh sehingga mereka mempunyai pandangan yang negatif terhadap pelajaran matematika. Hal ini tentu menjadi tugas berat guru, untuk dapat merubah pandangan negatif siswa menjadi pandangan yang positif. Karena, jika seseorang sudah menilai buruk tentang sesuatu maka akan sulit untuk dapat memasukkan pengetahuan terhadapnya.
Pendidikan matematika memiliki beberapa tujuan yaitu: 1) melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, 2) mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba, 3) mengembangkan kemampuan pemecahan masalah, dan 4) mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan dalam berbagai bentuk. Selain itu juga, tujuan pendidikan matematika juga untuk mengembangkan penalaran siswa, konsisten, aktif, kreatif, mandiri, dan memiliki kemampuan yang sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini baik dilakukannya pengembangan pendidikan matematika sehingga dapat menciptakan generasi yang lebih baik lagi.
Tujuan pendidikan matematika sangat baik untuk dapat di kembangkan. Namun masih adanya persoalan-persoalan dalam pendidikan matematika yang harus dihadapi terlebih dahulu seperti kurikulum matematika yang sulit untuk dilaksanakan, kurang sesuainya strategi guru dalam pembelajaran, pandangan siswa yang buruk terhadap matematika, dan lain sebagainya. Persoalan yag ada tidak akan bisa diselesaikan oleh satu orang saja, melainkan perlu adanya kerjasama antara pihak yang berkaitan.  Dalam hal ini tidak hanya pemerintah dan guru saja yang berperan, namun juga siswa, orang tua, maupun masyarakat lainnya. Jika dalam pelaksanaan pendidikan tidak didukung oleh semua orang, maka tidak akan bisa berjalan dengan baik. Oleh karena itu, perlu adanya kepekaan sehingga bisa melihat apa saja yang menjadi persoalan dalam pendidikan matematika yang menyebabkan pendidikan matematika sulit berkembang. Adanya evaluasi dan kerjasama antara semua pihak bisa membantu untuk dapat menghadapi segala permasalahan yang ada dan pendidikan matematika dapat berkembang dengan baik.

BAB II: Karakteristik Matematika
Matematika pastilah sudah tidak asing lagi bagi semua orang. Matematika merupakan salah satu studi yang dipelajari dalam semua jenjang pendidikan. Pendidikan matematika di sekolah merupakan bagian dari matematika. Begitu luasnya cangkupan matematika sampai-sampai tidak dapat terangkum semua dalam jenjang pendidikan formal. Matematika memiliki karakteristik yang berguna untuk membantu guru dalam mengambil sikap dalam pembelajaran matematika. Menurut Soedjadi (Yuhasriati, 2012) menyatakan bahwa karakteristik matematika terdiri dari:
   1.        Memiliki objek kajian yang abstrak
Objek dasar matematika yang dipelajari bersifat abstrak. Objek dasar tersebut meliputi fakta, konsep, operasi, dan prinsip. Objek-objek tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:
                    a.        Fakta merupakan kesepakatan yang diungkapkan menggunakan simbol-simbol tertentu. Misalnya saja simbol 5 yang menyatakan sebagai bilangan lima. Jadi sudah pasti bahwa jika menyajikan simbol 8 maka sudah bisa dipahami bahwa yang dimaksud adalah delapan. Selain itu, ada juga simbol operasi (+) yang dapat digunakan untuk penjumlahan dan pengurangan. Sehingga jika ada bilangan 4+5 akan mengahsilkan bilangan 9.  Hal ini biasanya ditulis dengan simbol 4+5=9. Namun ada juga fakta mengenai tanda (-) yang berarti bisa mengandung dua makna yaitu bisa berarti tanda negatif ataupun bisa sebagai tanda operasi. Tidak jarang juga siswa salah dalam mengebutkan tanda tersebut. Yang seharusnya disebutkan tanda kurang malah menjadi tanda negatif dan begitupun sebaliknya. Oleh karena itu, dalam pembelajaran siswa harus dipahamkan mengenai tanda tersebut, kapan ia berperan menjadi operasi dan kapan ia berperan menjadi pernyataan atau tanda negatif karena dikhawatirkan jika siswa salah dalam menyebutkan tanda maka orang yang mendengarkannya juga bisa salah paham.
                    b.        Konsep merupakan ide atau gagasan yang dibentuk dengan memandang sifat-sifat yag sama dari sekumpulan objek. Pemahaman konsep ada pada setiap kajian dalam matematika baik dalam materi trapesium, matriks, kesebangunan, persamaan kuadrat, dna lain sebagainya. Namun terkadang siswa masih ada yang salah dalam memahami konsep yang dipelajarinya. Kejadian ini menjadi perhatian khusus bagi guru untuk dapat menyelidiki apakah konsep yang diterima oleh siswa sudah sesuai atau belum dengan menggunakan caranya masing-masing. Jika masih ada belum paham ataupun salah dalam memahami konsep guru bisa memberikan keterangan ataupun klarifikasi sehingga kesalahan tersebut bisa segera diperbaiki dan tidak menimbulkan masalah yang lebih buruk lagi.
                    c.        Operasi sering disebut sebagai skill. Skill merupakan keterampilan yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat menyelesaikan segala tugas dengan kecepatan dan ketepatan yang tinggi. Namun kenyataannya masih banyak siswa yang kurang dalam menyelesaikan persoalan matematika apalagi siswa yang tidak menyukainya. Untuk itu, perlu adanya sebuah strategi yang dapat menumbuhkan skill dari semua siswa.
                    d.        Prinsip merupakan objek matematika yang kompleks karena didalamnya terdiri dari beberapa fakta, konsep, yang dikaitkan dalam suatu operasi. Contoh prinsip dalam matematika yaitu dalam materi matematika seperti teorema, aksioma, hukum-hukum, dan lain-lain. Semakin tinggi tingkatan maka semakin sulit dan kompleks matematika yang dipelajarai. Jadi, guru tidak boleh lengah dan terus berusaha untuk dapat memotivasi siswa sehingga siswa bisa lebih mudah dalam menerima pelajaran walaupun sesulit apapun.
    2.        Bertumpu pada kesepakatan
Kesepakatan dalam matematika merupakan tumpuan yang sangat penting. Jika dalam matemtaika tidak ada kesepakatan secara internasional, maka semua orang akan bingung dengan ungkapan-ungkapan yang diutarakan mengenai matematika. Adanya kesepakatan akan mempermudah dalam komunikasi mengenai matematika. Jika dituliskan angka 7, maka memang benar yang dimaksud ada tujuh. Hal ini bisa dikatakan benar tujuh karena sudah adanya kesepakatan secara Internasional. Sehingga persepsi orang yang ada di Indonesia maupun yang ada di Negara lain maka akan sama.
    3.        Berpola pikir deduktif
Pola pikir deduktif dapat dikatakan pemikiran yang berpangkal dari sifat yang umum dan diterapkan pada sifat yang khusus atau bisa juga sebagai pola pikir yang pernyataanya telah diakui kebenarannya. Pola pikir deduktif didasarkan pada urtan kronologis dari pengertian pangkal, aksioma, definisi, sifat-sifat, dalil-dalil, dan penerapan dalam matematika sendiri maupun dalam bidang lainnya. Misalnya saja siswa sudah mempelajari tentang konsep bangun datar ataupun bangun ruang kemudian ia diajak ke suatu tempat  dan ia mengidentifikasi benda-benda yang ada disekitarnya, maka siswa tersebut sudah menerapkan pola pikir deduktif. Akan tetapi, tidak jarang juga ada yang menerapkan pola pikir secara induktif. Hal ini dapat diterima jika terlebih dahulu dibuktikan dengan menggunakan induksi matematika.
   4.        Konsisten dalam sistem
Matematika memiliki bermacam-macam sistem yang terbentuk dari prinsip-prinsip matematika. Sistem dalam matematika ada yang saling bekaitan dan ada juga yang tidak berkaitan. Selain itu, sistem matematika akan selalu konsisten. Konsisten bisa dalam hal makna ataupun nilai kebenarannya. Dalam hal ini yang bisa digunakan sebagai acuannya adalah definisi, sehingga yang tidak sesuai dengan definisinya tidak bisa dianggap sebagai kelompoknya. Akan tetapi, terkadang definisi yang tertera di dalam buku ajar matematika masih kurang tepat. Untuk itu, perlu adanya analisis dan perbaikan dalam buku tersebut. Selain itu, definisi dari satu buku dengan yang lainnya cenderung ada perbedaan. Jadi, alangkah lebih baiknya jika dari pihak pemerintah menyediakan buku yang sama untuk dapat diterapkan dalam semua sekolah, tapi buku tersebut harus sesuai dan mudah untuk dimaknai jangan sampai malah membuat siswa menjadi bingung dalam mempelajarinya. Jika buku yang digunakan dalam semua sekolah sama setiap jenjangnya maka bisa membuat persepsi yang satu dengan yang lainnya juga sama.
    5.        Memiliki simbol yang kosong dari arti
Matematika tidak jauh dari yang namanya simbol. Bahkan hampir semua menggunakan simbol. Adanya simbol dapat mempermudah untuk mempelajarinya dan mengomunikasikannya. Simbol matematika tidak akan ada artinya jika tidak dikaitkan dengan konteks tertentu atau bisa juga dianggap sebagai simbol yang kosong dai arti. Misalnya saja ada tanda x tanpa adanya keterangan yanga lainnya, maka tanda x tersebut tidak mempunyai makna apapun. Terkecuali jika ada keterangan selanjutnya seperti: tanda x mewakili banyaknya barang yang berwarna merah. Hal ini menjadi suatu perbedaan antara simbol matematika dan simbol bukan matematika. Kosongnya arti dari simbol matematika menjadi kekuatan  matematika untuk dapat digunakan dalam berbagai bidang kehidupan.
    6.        Memperhatikan semesta pembicaraan
Penjelasan dalam memperhatikan semesta pembicaraan maish berhubungan dengan simbol yang kosong dari arti dan bila dikaitkan dengan konteks tertentu dapat memiliki makna yang berarti. Jika lingkup pembicaraan mengenai bilangan, maka simbol-simbol diartikan sebagai bilangan. Jika lingkup pembicaraan mengenai geometri, maka simbol-simbol tersebut diartikan sebagai suatu geometri. Sesungguhnya lingkup pembicaraan tersebutlah yang disebut dengan semesta pembicaraan. Suatu penyelesaian matematika sangat ditentukan oleh semesta pembicaraan. Jika seseorang salah dalam memaknai semesta tersebut, maka ia bisa tersesat dan cenderung akan masuk jurang. Namun ada juga yang tidak memperhatikan semestanya, sehingga ia menjawab dengan jawaban yang salah. Oleh karena itu, perlu diperhatikannya semesta pembicaraan agar dapat menentukan solusi apa yang akan digunakan sehingga bisa menyelesaikan suatu masalah.

BAB III: Objek dan Metode Matematika dalam Pendidikan Matematika
Objek dasar matematika terdiri dari fakta, konsep, operasi, dan prinsip. Objek-objek tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:
  •     1.        Fakta merupakan kesepakatan yang diungkapkan menggunakan simbol-simbol tertentu. Misalnya saja simbol 5 yang menyatakan sebagai bilangan lima. Jadi sudah pasti bahwa jika menyajikan simbol 8 maka sudah bisa dipahami bahwa yang dimaksud adalah delapan. Selain itu, ada juga simbol operasi (+) yang dapat digunakan untuk penjumlahan dan pengurangan. Sehingga jika ada bilangan 4+5 akan mengahsilkan bilangan 9.  Hal ini biasanya ditulis dengan simbol 4+5=9. Namun ada juga fakta mengenai tanda (-) yang berarti bisa mengandung dua makna yaitu bisa berarti tanda negatif ataupun bisa sebagai tanda operasi. Tidak jarang juga siswa salah dalam mengebutkan tanda tersebut. Yang seharusnya disebutkan tanda kurang malah menjadi tanda negatif dan begitupun sebaliknya. Oleh karena itu, dalam pembelajaran siswa harus dipahamkan mengenai tanda tersebut, kapan ia berperan menjadi operasi dan kapan ia berperan menjadi pernyataan atau tanda negatif karena dikhawatirkan jika siswa salah dalam menyebutkan tanda maka orang yang mendengarkannya juga bisa salah paham.
        2.        Konsep merupakan ide atau gagasan yang dibentuk dengan memandang sifat-sifat yag sama dari sekumpulan objek. Pemahaman konsep ada pada setiap kajian dalam matematika baik dalam materi trapesium, matriks, kesebangunan, persamaan kuadrat, dan lain sebagainya.
        3.        Operasi sering disebut sebagai skill. Skill merupakan keterampilan yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat menyelesaikan segala tugas dengan kecepatan dan ketepatan yang tinggi. Namun kenyataannya masih banyak siswa yang kurang dalam menyelesaikan persoalan matematika apalagi siswa yang tidak menyukainya. Untuk itu, perlu adanya sebuah strategi yang dapat menumbuhkan skill dari semua siswa.
        4.        Prinsip merupakan objek matematika yang kompleks karena didalamnya terdiri dari beberapa fakta, konsep, yang dikaitkan dalam suatu operasi. Contoh prinsip dalam matematika yaitu dalam materi matematika seperti teorema, aksioma, hukum-hukum, dan lain-lain. Semakin tinggi tingkatan maka semakin sulit dan kompleks matematika yang dipelajarai. Jadi, guru tidak boleh lengah dan terus berusaha untuk dapat memotivasi siswa sehingga siswa bisa lebih mudah dalam menerima pelajaran walaupun sesulit apapun. 
Sedangkan dalam matematika tidak hanya mengetahui objek kajiannya saja, namun juga perlu diketahui metode-metode apa yang dapat digunakan dalam pendidikan matematika. Menurut Erman dkk (Erita, 2016), metode pembelajaran merupakan bagaimana cara menyajikan materi yang masih bersifat umum. Dalam suatu pembelajaran, guru diharapkan dapat mneggunakan metode yang sesuai dengan karakter siswanya dan yang dikuasainya. Sehingga guru membutuhkan persiapan yang matang sebelum masuk ke dalam kelas karena ditakutkan jika guru belum sipa dalam segala sesuatunya bisa membuat pembelajaran menjadi berantakan dan apa yang diinginkan tidak bisa tercapai dengan baik. Ada beberapa metode yang dapat diterapkan dalam pembelajaran matematika di kelas yaitu sebagai berikut: 
   1.        Metode Ceramah
Metode ceramah merupakan suatu cara yang digunakan untuk menyampaikan informasi secara lisan kepada orang lain. Dalam penerapan metode ini, guru lebih aktif dibandingkan dengan siswa karena guru sebagai pusat perhatian. Namun dalam kurikulum saat ini, metode ceramah diharapkan untuk tidak diterapkan dalam pembelajaran lagi karena seharusnya yang menjadi pusat adalah siswa dan bukan guru. Akan tetapi, kenyataannya metode ini masih juga digunakan dalam pembelajaran, karena sesungguhnya ada beberapa materi yang sulit dimengerti oleh siswa jika tidak dibarengi dengan ceramah. Jadi, metode ceramah masih memiliki keunggulan dalam keadaan tertentu.
    2.        Metode Ekspositori
Metode ekspositori tidak jauh berbeda dengan metode ceramah yang masih berpusat pada guru. Namun, pada metode ini dominasi guru berkurang karena tidak secara terus menerus berbicara. Dalam metode ini, siswa lebih aktif dibandingkan dengan metode ceramah. Metode ekspositori lebih unggul dibandingkan dengan metode ceramah, karena tidak hanya guru saja yang aktif, tetapi siswanya juga aktif.
    3.        Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi juga tidak jauh beda dengan dengan metode ceramah dan metode ekspositori. Namun, metode ini dominasi lebih berkurang lagi. Sesungguhnya semua metode pembelajaran pasti memiliki kelemahan dan keunggulannya masing-masing.
    4.        Metode Drill dan Metode Latihan
Metode drill dan latihan merupakan metode dalam megembangkan potensi siswa dalam bidang kogniif, afektif, maupun dalam bidang psikomotorik. Adanya latihan sangat penting untuk dilakukan karena dapat menguji sejauh mana pemahaman siswa dan dalam hal apa yang siswa belum bisa pahami. Hal ini bisa juga digunakan untuk memantapkan konsep dalam pikiran siswa. Biasanya latihan diberikan setelah guru selesai dalam memberikan materi. Latihan yang dilakukan di sekolah akan lebih baik jika bisa diselesaikan langsung di sekolah. Karena sesungguhnya jika hal tersebut digunakan sebagai pekerjaan rumah, maka dapat membuat siswa menjadi terbebani. Oleh karena itu, baik bagi guru untuk dapat memfasilitasi siswanya sehingga dapat mengerjakan latihan yang diberikan dengan baik, benar, dan tepat waktu, sehingga tidak menjadi beban jika sudah sampai di rumah. Namun sebagai siswa juga jangan sampai lupa bahwa tugasnya adalah belajar, sehingga walaupun tidak diberikan pekerjaan rumah, akan lebih baik lagi jika mempelajarinya lagi ketika sudah sampai di rumah.
   5.        Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab merupakan cara dalam menyajikan bahan pelajaran dengan membrikan pertanyaan yang akan dijawab oleh siswa. Dalam melakukan tanya jawab ada beberapa hal yang sebaiknya dilakuakn oleh guru yaitu, a) Menghargai jawaban, pertanyaan, keluhan, maupun tindakan dari siswa yang dirasa tidak sesuai, b) Menerima jawaban siswa lalu memeriksanya dengan memberikan umpan balik, c) Merangsang siswa untuk aktif berpartisipasi dalam metode tanya jawab tersebut, d) mengajukan pertanyaan kepada siswa yang menjadi sasaran sesuai dengan keperluannya, e) Bertindak seolah-olah belum tahu atau membuat kekeliruan secara sengaja, f) Mengajukan pertanyaan yang memiliki taraf lebih tinggi. Metode ini lebih unggul dibandingkan dengan metode yang sebelumnya. Disini siswa akan lebih berperan aktif.
    6.        Metode Penemuan
Pada metode penemuan siswa akan berusaha untuk mencari dan menemukan sendiri. Disini guru menyajikan bahan pembelajaran tidak dalam betuk yang benar-benar sudah selesai, namun ada hal-hal yang harus ditambahkan agar menjadi penyelesaian yang baik. Metode ini berguna agar siswa lebih aktif dan kreatif. Namun saat ini siswa terlalu banyak mengeluh jika diberikan sedikit tantangan. Tentu hal tersebut menjadi tugas guru unuk dapat memberikan stimulus sehingga siswanya tidak mudah menyerah. 
    7.        Metode Inkuiri
Metode ini mirip dengan metode penemuan. Perbedaannya adalah dalam metode penemuan pada hasil akhir yang harus ditemukan siswa merupakan sesuatu yang baru baginya, namun sudah direncanakan dan diketahui oleh guru. Akan tetapi, dalam metode inkuirihal baru yang dimaksudkan untuk siswa juga merupakan hal yang belum diketahui juga oleh guru. Memang cukup sulit memahami sesuatu yang benar-benar masih asing. Tapi dengan adanya tekat dan usaha segala sesuatu bisa terasa lebih mudah.

Daftar Pustaka
Erita, Selvia. 2016. Beberapa Model, Pendekatan, Strategi, dan Metode dalam Pembelajaran Matematika. Tarbawi: Jurnal Ilmu Pendidikan 1 (2) vol. 1
Majid, Abdul. 2009. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosda Karya
Yuhasriati. 2012. Pendekatan Realistik dalam Pembelajaran Matematika. Jurnal Peluang, Volume 1, Nomor 1, Oktober 2012, ISSN: 2302-5158


Tidak ada komentar:

Posting Komentar