Philosophy
of Mathematics Education
Activity 1:
Ideology of Education
- Radikal memiliki arti bersifat bebas ataupun berpandangan luas. Sedangkan radikalisme merupakan ideologi atau paham yang ingin melakukan perubahan pada sistem sosial dan politik dengan menggunakan cara-cara kekerasan/ ekstrim. istilah “Radikal” dikenal pertamakali setelah Charles James Fox memaparkan tentang paham tersebut pada tahun 1797. Saat itu, Charles James Fox menyerukan “Reformasi Radikal” dalam sistem pemerintahan di Britania Raya (Inggris). Reformasi tersebut dipakai untuk menjelaskan pergerakan yang mendukung revolusi parlemen di negara tersebut. Pada akhirnya ideologi radikalisme tersebut mulai berkembang dan kemudian berbaur dengan ideologi liberalisme. Ciri-ciri radikalisme yaitu:
a. Radikalisme adalah
adalah tanggapan pada kondisi yang sedang terjadi, tanggapan tersebut kemudian
diwujudkan dalam bentuk evaluasi, penolakan, bahkan perlawanan dengan keras.
b. Melakukan upaya
penolakan secara terus-menerus dan menuntut perubahan drastis yang diinginkan
terjadi.
c. Orang-orang yang
menganut paham radikalisme biasanya memiliki keyakinan yang kuat terhadap
program yang ingin mereka jalankan.
d. Penganut
radikalisme tidak segan-segan menggunakan cara kekerasan dalam mewujudkan
keinginan mereka.
e. Penganut radikalisme memiliki anggapan bahwa
semua pihak yang berbeda pandangan dengannya adalah bersalah.
Dalam dunia pendidikan tidak
bisa terhindar dari fenomena-fenomena kekerasan yang menjadikan tujuan
pendidikan gagal di raih. Radikalisme bisa muncul dari berbagai elemen dalam
pendidikan. Secara umum fenomena radikalisme dalam pendidikan lahir dari guru
kepada siswa, dari siswa kepada guru dan juga dari orang tua/masyarakat kepada
elemen elemen yang ada di dalam pendidikan. Bentuk radikalisme dalam pendidikan
tidak semuanya berupa aksi kekerasan, tetapi juga dapat diwujukan dalam bentuk
ucapan dan sikap yang berpotensi melahirkan kekerasan yang tidak sesuai dengan
norma-norma pendidikan.
2. Konservatif
memiliki arti bersikap mempertahankan keadaan, kebiasaan, dan tradisi yang
berlaku. Sedangkan konservatisme merupakan paham politik yang ingin
mempertahankan tradisi dan stabilitas sosial, melestarikan pranata yang sudah
ada, menghendaki perkembangan setapak demi setapak, serta menentang perubahan
yang radikal, atau konservatisme bisa juga diartikan sebagai sebuah filsafat
politik yang mendukung nilai-nilai tradisional. Samuel Francis mendefinisikan
konservatisme sebagai bertahannya orang-orang tertentu dan ungkapan-ungkapan
yang kebudayaannya dilembagakan. Sedangkan Roger Scruton menyebutnya sebagai
politik penundaan yang bertujuan untuk mempertahankan selama mungkin keberadaan
kehidupan dan kesehatan dari organisme sosial. Karena berbagai budaya memiliki
nilai-nilai yang berbeda-beda, maka kaum konservatif diberbagai kebudayaan
memiliki tujuan yang berbeda-beda juga. Ciri-ciri ideologi konservatisme:
a. Lebih mementingkan
lembaga-lembaga kerajaan dan gereja
b. Agama dipandang
sebagai kekuatan utama disamping upaya pelestarian tradisi dan kebiasaan dalam
tata kehidupan masyarakat.
c. Lembaga-lembaga
yang sudah mapan seperti keluarga, gereja, dan negara semuanya dianggap suci.
Konservatisme menentang radikalisme dan skeptisisme.
Banyak orang yang mengusulkan bahwa bangkitnya
konservatif sudak terjadi sejak masa awal reformasi khususnya dalam karya-karya
teolog yaitu Richard Hooker yang menekankan pengurangan politik dalam
menciptakan keseimbangan untuk menuju keharmonisan sosial dan kebaikan bersama.
Namun setelah polemic Edmund Burke muncul, konservatisme memperoleh penyaluran
pandangan-pandangan yang berpengaruh. Edmund Burke (1729-1797) gigih mengajukan
argumen menentang Revolusi Perancis, juga bersimpati dengan sebagian dari
tujuan-tujuan Revolusi Amerika. Burke mengembangkan gagasan-gagasan ini sebagai
reaksi terhadap gagasan ‘tercerahkan’ tentang suatu masyarakat yang dipimpin
oleh nalar yang abstrak. Edmund Burke merupakan pendiri dari ideologi
konservatif.
3. Liberal bisa
diartikan memiliki pandangan yang bebas. Liberalisme
berasal dari bahasa latin yaitu dari kata “liberalis” yang berarti bebas,
merdeka, tak terikat dan tak tergantung. Ideologi ini
mementingkan kebebasan perseorangan. Dalam ajaran liberalisme manusia pada
hakikatnya adalah mahluk individu yang bebas, pribadi yang utuh dan lengkap
serta terlepas dari manusia lainnya sehingga keberadaan individu lebih penting
dari masyarakat. berikut akan
dijelaskan mengenai pandangan yang relevan dari tokoh-tokoh liberalisme klasik:
a. Marthin Luther
dalam Reformasi Agama menyatakan bahwa Gerakan Reformasi Gereja pada awalnya
hanya serangkaian protes kaum bangsawan dan penguasa Jerman terhadap kekuasaan imperium
Katolik Roma. Pada saat itu keberadaan agama sangat mengekang, tidak ada
kebebasan, yang ada hanya dogma-dogma agama dan dominasi gereja. Individu
menjadi tidak berkembang, kerena mereka
tidak boleh melakukan hal-hal yang dilarang oleh Gereja bahkan dalam mencari
penemuan ilmu pengetahuan sekalipun, sehingga pada puncaknyatimbul sebuah reformasi
gereja (1517) yang menyulut kebebasan dari para individu.
b. John Locke dan
Hobbes memiliki pemikiran yang bertolak belakang. Hobbes (1588 – 1679)
berpandangan bahwa dalam ‘’State of Nature’’, individu itu pada dasarnya egois,
sesuai dengan fitrahnya. Namun manusia ingin hidup damai. SedangkanJohn Locke
(1632 – 1704) berpendapat bahwa individu pada State of Nature adalah baik,
namun karena adanyakesenjangan akibat harta atau kekayaan, maka khawatir jika
hak individu akan diambil olehorang lain sehingga mereka membuat perjanjian
yang diserahkan oleh penguasa sebagai pihak penengah namun harus ada syarat
bagi penguasa.
c. Adam Smith memiliki
pemikiran bahwa politik dan ekonomi dikelompokkan menjadi tiga pemikiran yaitu:
1) Falsafah politik. 2) Identifikasi mengenai faktor penentu nilai dan harga
barang. 3) Pola, sifat, dan arah kebijaksanaan negara yang mendukung kegiatan
ekonomi kearah kemajuan dan kesejahteraan mesyarakat.
Ciri-ciri dari ideologi liberalisme adalah sebagai
berikut:
a. Demokrasi merupakan
bentuk pemerintahan yang lebih baik
b. Anggota masyarakat
memiliki kebebasan intelektual penuh termasuk kebebasan berbicara
c. Pemerintah hanya
mengatur kehidupan masyarakat secara terbatas
d. Kekuasaan dari
seseorang terhadap orang lain (penyalahgunaan kekuasaan) merupakan hal yang
buruk.
4.
Humanis yaitu orang
yang mendambakan dan memperjuangkan terwujudnya pergaulan hidup yang lebih baik
berdasarkan asas perikemanusiaan.
Humanis bisa juga diartikan sebagai suatu teori yang tertuju pada masalah
bagaimana tiap individu dipengaruhi dan dibimbing oleh maksud-maksud pribadi
yang mereka hubungkan kepada pengalaman-pengalaman mereka sendiri.Teori
humanistik adalah teori belajar yang memanusiakan manusia. Pembelajaran
dipusatkan pada pribadi seseorang. Teori ini tidak lepas dari pendidikan yang
berfokus pada bagaimana menghasilkan sesuatu yang efektif, bagaimana belajar
yang bisa meningkatkan kreativitas dan memanfaatkan potensi yang ada pada
seseorang. Teori humanistik ini muncul sebagai perlawanan terhadap teori
belajar sebelumnya, yaitu Teori Behaviouristik, yang dianggap terlalu kaku,
pasif, bahkan penurut ketika menggambarkan manusia. Ada beberapa tokoh humanis
sebagai berikut:
a. Artur Combs
memiliki pendapat bahwa belajar merupakan hal yang bisa terjadi tatkala bagi
seseorang ada artinya. Guru tidak bisa memaksa seseorang untuk mempelajari hal
yang tidak disukai atau dianggap tidak relevan. Ketika muncul perlawanan, hal
itu sebenarnya merupakan bentuk perilaku buruk yang mencerminkan ketidakmauan
seseorang untuk mempelajari hal yang bukan minatnya, karena sama saja dengan
melakukan sesuatu yang baginya tidak mendatangkan kepuasan.
b. Abraham H. Maslow
(1908-1970) yang menyebut aliran humanistic sebagai "koalisi berbagai sempalan
psikologi ke dalam suatu filsafat tunggal". Esensi filsafat tunggal itu berwujud pengakuan bahwa spesies manusia memiliki ciri-ciri dan
kesanggupan-kesanggupan yang unik, terdapat nilai-nilai utama universal yang
menjadi bagian dari alam biologis manusia, naluriah dan tidak dipelajari. Selanjutnya tujuan utama segenap upaya manusia adalah
realisasi diri atau aktualisasi diri yaitu pengungkapan dan penggunaan
kemungkinan-kemungkinan dan kesanggupan-kesanggupan secara penuh.
c. Carl Ranson Rogers (1902-1987) mendasarkan teori dinamika kepribadian pada
konsep aktualisasi diri. Aktualisasi diri adalah daya yang mendorong
pengembangan diri dan potensi individu, sifatnya bawaan dan sudah menjadi cirri
seluruh manusia. Aktualisasi diri yang mendorong manusia sampai kepada
pengembangan yang optimal dan menghasilkan ciri unik manusia seperti
kreativitas, inovasi, dan lain-lain.
d. Masih
banyak lagi tokoh humanis terkenal seperti Albert Einstein, Bertrand Russell,
Carl Sagan, Cicero, David A. Kolb, Edward Said, Erasmus, Erich Fromm, Francesco
Petrarca, Gene Roddenberry, Giovanni Battista Vico, Hans-Georg Gadamer,
Dr.Henry Morgentaler, Isaac Asimov, Israel Shahak, Jacob Bronowski, Jean-Paul
Sartre, Johann Reuchlin, John Dewey,
John Ralston Saul, Julius Caesar Scaliger, Kurt Vonnegut, Linda Smith, Michel
de Montaigne, Paul Kurtz, Philipp Melanchthon, Plato, Protagoras, Rabelais,
Richard Dawkins, Robert Clark Young, Roberto Weiss, Socrates, Thomas Paine,
Voltaire, W.T. Harris, Werner Jaeger, dan Ranu Mulyana.
5. Progresif berarti
berhaluan ke arah kemajuan. Sedangkan progresivisme sebagai salah satu aliran filsafat pendidikan, muncul
sebagai reaksi terhadap pola-pola pendidikan yang bersifat tradisional yang
menekankan metode-metode formal pengajaran, belajar mental (kejiwaan), dan
sastra klasik peradaban Barat. Aliran filsafat progresivisme mendukung
pemikiran baru yang dipandang lebih baik bagi perkembangan pendidikan dimasa
yang akan datang. Tampaknya filsafat progresivisme menuntut
kepada para penganutnya untuk selalu maju (progres): bertindak secara
konstruktif, inovatif, reformatif, aktif dan dinamis. Sebab naluri manusia
selalu menginginkan perubahan-perubahan. Ada beberapa tokoh aliran progressivisme
yaitu:
a. William James
(1842-1910) berkeyakinan bahwa otak atau pikiran, seperti juga aspek dari
eksistensi organik, harus mempunyai fungsi biologis dan nilai kelanjutan hidup.
Dan dia menegaskan agar fungsi otak atau fikiran itu dipelajari sebagai bagian
dari mata pelajaran pokok dari ilmu pengetahuan alam. Jadi James menolong untuk
membebaskan ilmu jiwa prakonsepsi teologis, dan menempatkannya da atas dasar
ilmu prilaku.
b. John Dewey (1859-1952)
yang teorinya tentang sekolah adalah progresivisme yang lebih menekankan kepada
anak didik dan minatnya dari pada mata pelajarannya sendiri. Maka muncullah
“Cild Centered Curiculum”, dan “Cild Centered School”. Progresivisme
mempersiapkan anak masa kini dibanding masa depan yang belum jelas.
c. Hans Vaihinger
(1852-1933) menurutnya tahu itu hanya mempunyai arti praktis. Persesuaian
dengan objeknya mungkin dibuktikan, satu-satunya ukuran bagi berpikir ialah
gunanya untuk mempengaruhi kejadian-kejadian didunia.
Pandangan progresivisme dan penerapannya dalam bidang
pendidikan sebagai berikut:
· Anak didik
diberikan kebebasan secara fisik maupun cara berpikir, guna mengembangkan bakat
dan kemampuan yang terpendam dalam dirinya. Oleh karena itu, aliran filsafat
progresivisme tidak menyetujui pendidikan yang otoriter.
· Filsafat
progresivisme menghendaki jenis kurikulum yang bersifat luwes (fleksibel) dan
terbuka. Jadi kurikulum itu bisa diubah dan dibentuk sesuai dengan zamannya.
· Progresivisme tidak
menghendaki adanya mata pelajaran yang diberikan terpisah, melainkan harus
terintegrasi dalam unit. Dengan adanya mata pelajaran yang terintegrasi dalam
unit, diharapkan anak dapat berkembang secara fisik mauopun psikis dan dapat
menjangkau aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor.
6. Sosialisme secara
etimologi berasal dari bahasa Perancis yaitu sosial yang berarti
kemasyarakatan. Sosialisme
adalah paham yang menghendaki segala sesuatu harus diatur bersama dan hasilnya
dinikmati bersama-sama. Ada beberapa
tokoh-tokoh sosialis seperti Karl Marx (1818-1883) sebagai pelopor utama
gagasan “Sosialisme ilmiah”, Frederic H. Engels (1820-1895) bersama Karl Marx
menulis buku Communist Manifesto, serta ada anma-nama penting dalam ideologi
sosialisme yaitu C.H. Saint Simon (1760-1825), F.M
Charles Fourier (1772-1837), Etinne Cabet (1788-1856), Wilhelm Weiling
(1808-1871), dan Louis Bland (1811-1882). Karl Marx dan
Friedrich Engels berpendapat bahwa sosialisme akan muncul dari keharusan
sejarah kapitalisme yang diberikan sendiri sudah usang dan tidak berkelanjutan
akibat dari meningkatnya kontradiksi internal yang muncul dari perkembangan
kekuatan produktif dan teknologi. Itu menjadi kemajuan dalam kekuatan produktif
yang dikombinasikan dengan hubungan sosial lama dengan produksi kapitalisme
yang akan menghasilkan kontradiksi, dan kemudian mengarah ke kesadaran kelas
pekerja.
7. Demokrasi berasal
dari dua kata, yaitu demos yang berarti rakyat, dan kratos/cratein
yang berarti pemerintahan, sehingga dapat diartikan sebagai pemerintahan
rakyat, atau yang lebih kita kenal sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh
rakyat dan untuk rakyat. Ide-ide dan
ciri-ciri pokok paham demokrasi:
a. Kedaulatan
sekaligus pemerintahan ditangan rakyat, dari rakyat, dan kembali kepada rakyat.
b. Adanya kebebasan
untuk apa saja yang diberikan kepada rakyat
c. Persamaan hak-hak
dan kewajiban bagi semua rakyat
d. Kontrol kepada
kekuasaan secara ketat oleh rakyat yang direpresentasikan oleh lembaga politik
maupun secara langsung seperti pers yang bebas
e. Partisipasi politik
oleh seluruh komponen masyarakat
f. Penguatan pada apa
yang disebut civil society, yang
sebagai akibatnya dominasi militer ditolak.
g. Agama di mata
demokrasi menjadi urusan pribadi-pribadi atau rakyat
Macam-macam demokrasi:
a. Menurut cara penyaluran
kehendak rakyat, demokrasi dibedakan atas Demokrasi Langsung dan Demokrasi Tidak Langsung.
b. Menurut dasar prinsip ideologi, demokrasi
dibedakan atas : Demokrasi Konstitusional (Demokrasi Liberal) dan Demokrasi Rakyat (Demokrasi
Proletar).
c. Menurut dasar yang menjadi titik perhatian atau prioritasnya,
demokrasi dibedakan atas : Demokrasi Formal, Demokrasi Material, dan Demokrasi Campur.
d. Menurut dasar wewenang dan hubungan antara alat kelengkapan negara,
demokrasi dibedakan atas : Demokrasi Sistem Parlementer dan Demokrasi Sistem Presidensial.
Tokoh-tokoh
paham ini antara lain seperti:
a. L.G. Address (1863) yang mempopulerkan “pemerintah dari
rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat;
b. JJ. Rousseau, penggagas Triaspolitika;
c. John Stuart Mill (1806-1872), pelopor demokrasi modern
yang bergaya moderat antara kapitalisme dan sosialisme;
d. James Madison, salah seorang pendiri konstitusi Amerika Serikat;
e. Jeremy Bentham, seorang ekonom yang utilitarianis.
Activity 2: Nature of
Education
1.
Obligation
(kewajiban)
Menurut UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Seorang anak pertama kali mendapatkan pendidikan dari
orang tuanya. Pendidikan yang diberikan baru mengenai hal-hal yang dasar
seperti bagaimana cara makan, apa yang harus dilakukan sebelum makan, bagaimana
cara menggosok gigi, bagaimana cara mandi, dan lain sebagainya. Ini merupakan
dasar dari pendidikan yang diberikan orang tua. Tetapi setelah seorang anak
sudah memasuki usia 3 sampai 5 tahun, orang tua mempunyai kewajiban untuk
menyekolahkan anaknya di PAUD atau TK lalu diteruskan pada jenjang yang lebih
tinggi. Hal ini merupakan salah satu upaya yang dilakukan orang tua agar
anaknya bisa bersosialisasi dengan orang lain yang masih asing atau yang belum
dikenalnya.
Sistem pendidikan di Indonesia sudah mulai merintis untuk
menerapkan wajib belajar 12 tahun. Pemerintah benar-benar mengupayakan agar
semua anak Indonesia bisa mendapatkan pendidikan. Adanya upaya seperti ini
membuat kita sadar bahwa sesungguhnya pendidikan itu sangat penting. Pendidikan
tidak hanya berguna bagi diri sendiri tetapi juga berguna bagi orang lain.
Sehingga kita memiliki kewajiban untuk belajar dengan baik dan benar agar bisa
menjadi sosok yang selalu di idam-idamkan oleh banyak orang serta bisa menjadi
pribadi yang dapat berguna bagi nusa, bangsa, serta agamanya.
2.
Preserving
(melestarikan).
Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak
kebudayaan dan menjadi daya tarik tersendiri bagi negara-negara lain untuk
dapat mengunjunginya. Kebudayaan tentunya perlu untuk terus dilestarikan karena
ini menjadi kekayaan dari Negara Indonesia.Budaya memelukan pendidikan untuk
dapat menjadikannya bentuk yang lebih menarik dan memiliki ciri khas. Manusia
merupakan makhluk berbudaya, sehingga budaya sudah menjadi sesuatu yang tumbuh
dan mengakar dalam dirinya. Oleh karena itu, perlunya pendidikan bagi seluruh
warga negara agar dapat melestarikan kebudayaannya dan tidak mudah terpengaruh
dengan kebudayaa luar yang menyimpang.
Nilai-nilai kebudayaan lebih baiknya jika diterapkan
dalam pendidikan. Generasi penerus bangsa harus memiliki kepribadian yang baik
dan jangan sampai lupa dengan kebudayannya sendiri. Pendidikan dan budaya harus
selaras untuk dapat menghidupkan kembali tradisi yang pernah ada seperti gotong
royong, musyawarah mufakat, dan melestarikan nilai-nilai budaya sebagai
identitas bangsa. selain itu juga, pendidikan diharapkan mampu untuk membentuk
manusia yang mampu bersosialisasi dalam masyarakat sehingga dapat
mempertahankan kelangsungan hidup, baik secara individu, kelompok, maupun
masyarakat secara keseluruhan. Untuk itu, dalam pendidikan tidak hanya untuk
memberikan pengajaran namun juga dapat menanamkan nilai-nilai budaya sehingga dapat
melestarikan kebudayaan dan bisa memanfaatkan perkembangan zaman untuk lebih
meningkatkan kepopuleritasan dari kebudayaan tersebut. Jadi, kebudayaan yang
dimiliki tidak dengan mudahnya di klaim oleh negara lain dan bisa tetap menjadi
kebudayaan milik negara sendiri.
3.
Exploiting
(memanfaatkan)
Belajar tidak hanya dilakukan oleh orang yang muda-muda
saja, namun juga baik dilakukan oleh semua orang tidak memandang berapa
usianya. Sebagai seorang pembelajar harus pintar-pintar dalam memanfaatkan
pendidikan. Apalagi yang bisa menempuh pada jenjang yang lebih tinggi lagi
seperti perguruan tinggi. Semua orang memiliki kemampuan dan kekurangan
masing-masing. Bagi yang merasa mampu bisa melanjutkanya pada jenjang yang
lebih tinggi, namun bagi orang yang tidak memiliki cukup biaya hanya bisa
sampai pada jenjang menengah atas saja. Hal ini harus kita sadari bahwa masih
bayak orang yang kurang beruntung. Kita sebagai orang yang lebih beruntung
diberikan kesempatan untuk menimba ilmu pada jenjang yang lebih tinggi sehingga
kita harus bisa memanfaatkan keadaan ini untuk dapat menimba ilmu
sebanyak-banyaknya sehingga bisa meningkatkan kualitas kita.
4.
Transforming
(mengubah)
Pengetahuan, Keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang
yang duturunkan dari generasi ke generasi disebut sebagai pendidikan. Selain itu
juga, pendidikan juga bisa sebagai upaya untuk mengubah ke arah yang lebih baik
dan dapat memperkaya pengetahuan, mindset, pola pikir, serta mengubah cara
pandang seseorang dalam menghadapi dan menyelesaikan sebuah permasalahan. Cara seseorang
dalam mendidik dirinya bisa dengan berbagai cara, ada yang melalui jenjang
kelas, ada yang belajar dari alam, ada yang langsung melihat keadaan disekitar
yaitu dengan melihat fenomena yang terjadi.
Pendidikan merupakan pintu masuk menuju masa depan,
sehingga kita bisa mengubah dunia dengan pendidikan. Seseorang yang telah
selesai menempuh pendidikan di perguruan tinggi dapat membagi pengetahuannya kepada
orang lain yang membutuhkan, sehingga apa yang dimiliki tidak hanya untuk diri
sendiri melainkan bisa berguna bagi orang lain dan bisa bersama-sama dalam
mengubah dunia. Sesungguhnya dalam melakukan perubahan tidak bisa dilakukan
sendiri. Untuk itu, marilah kita berjuang untuk mengubah dunia demi kehidupan
yang lebih baik melalui pendidikan. Bagi yang menempuh pendidikan di negara
orang, jangan sampai lupa dengan negaranya sendiri. Sehingga, setelah selesai
pendidikannya alangkah lebih baik jika kembali ke negara asalnya dan ikut
berpartisipasi dalam membangun negaranya untuk menjadi lebih baik lagi dan siap
untuk menghadapi segala perubahan dunia.
5.
Liberating (membebaskan)
Pendidikan merupakan suatu proses bagi anak untuk
menemukan hal paling penting dalam hidupnya yaitu terbebas dari segala hal yang
mengekang kemanusiaannya menuju hidup yang penuh dengan kebebasan. Dalam hal
ini, kebebasan yang dimaksud bukan bebas yang sebebas-bebasnya, namun masih
tetap mempedulikan hal-hal yang lainnya. Salah satu tujuan dari pendidikan
adalah membebaskan, sehingga semua orang penting untuk berperan langsung dalam proses
pendidikan.
Paulo Freire berpendapat mengenai pendidikan yang
membebaskan. Semasa hidupnya, ia pernah diangkat menjadi direktur. Selama bekerja,
terutama saat bekerja di antara orang-orang miskin yang buta huruf, ia
melakukan proses belajar mengajar yang disebut para ahli pendidikan sebagai
gerakan membebaskan yaitu membebaskan dari ketidaktahuan. Freire sangat
memahami bahwa orang-orang miskin sangat membutuhkan pendidikan. Sesungguhnya pemikiran
mengenai pendidikan telah dikumandangkan oleh pemikir Indonesia juga yang melihat
kondisi masyarakatnya khususnya pada masa perjuangan kemerdekaan seperti Ki
Hajar Dewantara dan Tan Malaka.
Indonesia sangat memerlukan pendidikan yang tidak hanya
menjadi transfer of knowledge dan
aspek kepentingan pasar saja namun juga mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat
dan bangsa sehingga bisa berhasil dalam menghadapi dinamika perubahan sosial
yang ada. Pada hakikatnya pendidikan dapat membebaskan dari belenggu
kemiskinan, penindasan, dan kebodohan sehingga manusia bisa menjadi sosok
manusia yang bebas merdeka dalam berpikir, bersuara dan bertindak. Oleh karena itu, pendidikan harus dapat
membebaskan diri dari penindasan yang terjadi.
6.
Needs (kebutuhan)
Manusia terlahir di dunia dengan kelebihan dan
kekurangannya masing-masing. Ada yang terlahir dengan potensi yang bagus, ada
yang terlahir dengan potensi yang sedang-sedang saja, atau bahkan ada yang
terlahir dengan potensi yang cukup rendah. Kita tidak akan pernah tahu seperti
apa kondisinya setelah terlahir di dunia. Setiap potensi yang ada akan lebih
baik lagi jika dikembangkan. Dalam mengembangkan potensi bisa melalui
pendidikan, melalui pelatihan, bisa melalui bimbingan secara khusus, dan lain
sebagainya. Banyak cara yang dapat digunakan untuk mengembangkan
potensi-potensi yang ada. Sesungguhnya dalam mengembangkan diri membutuhkan
lingkungan hidup secara berkelompok karena terkadang apa yang kita miliki lebih
dulu diketahui oleh orang lain dibandingkan dengan diri sendiri. Sehingga perlu
adanya sosialisasi antara satu orang dengan orang lain. Salah satu
kesempatannya yaitu dengan melakukan pendidikan di sekolah. Dimana kita bisa
bertemu dengan banyak teman-teman yang berasal dari daerah berbeda dan memiliki
sifat yang berbeda pula sehingga bisa bersosialisasi dan dapat mengembangkan
potensi.
Pendidikan merupakan sebuah kebutuhan yang dapat
menciptakan kompetensi sehingga bisa berguna dalam kehidupan. Pendidikan tidak
hanya dilakukan dalam lingkup sekolah saja. Namun pendidikan juga bisa
diperoleh di rumah, ditempat les, atau tempat yang lainnya selama masih dalam
lingkup menjadikan seseorang untuk menjadi manusia yang lebih baik. Dalam hal
ini, pendidikan sangat dibutuhkan oleh semua orang karena tidak hanya dapat
mengetahui dan mengembangkan potensi, tetapi yang lebih utama yaitu dapat
menjadikan pribadi yang bertanggung jawab dan lebih baik.
7.
Democracy (demokrasi)
Pendidikan yang demokratis memberikan kesempatan kepada
setiap anak untuk mendapatkan pendidikan yang sesuai. Demokrasi dalam ranah
pendidikan merupakan gagasan atas pandangan hidup yang mengutamakan hak dan
kewajiban serta perlakuan yang sama bagi semua orang dalam berlangsungnya
proses pendidikan. Dalam prosesnya, dunia pendidikan diwajibkan untuk dapat
menciptakan manusia dengan pemikiran yang kritis, kreatif, dan inovatif
sehingga mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Demokrasi pendidikan
memberikan manfaat dalam kehidupan yaitu menumbuhkan rasa hormat terhadap
harkat sesama manusia, setiap manusia memiliki perubahan kearah pikiran yang
sehat, serta rela berbakti untuk kepentingan dan kebaikan bersama.
Daftar Pustaka
Salu, Vega Ricky dan Triyanto. 2017. Filsafat
Pendidikan Progresivisme dan Implikasinya dalam Pendidikan Seni di Indonesia,
dalam Jurnal Imajinasi Vol XI No. 1, Januari 2017.
By: Aan Andriani (18709251030)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar