FILSAFAT PENDIDIKAN MATEMATIKA
Oleh:
Aan dan Marsigit
BAB I: Persoalan-Persoalan Pokok dalam
Pengembangan Pendidikan Matematika
Pendidikan
matematika di Indonesia berkembang sesuai dengan perkembangan pendidikan
matematika dunia. Proses pembelajaran saat ini sudah berkembang sesuai dengan
bertambah manjunya teknologi saat ini. Dalam mengembangkan pendidikan
matematika tidak akan jauh-jauh dengan yang namanya kurikulum matematika di
sekolah dan kompetensi guru dalam proses pembelajaran matematika.
1.
Kurikulum Matematika di Sekolah
Kurikulum di Indonsia terkesan tidak konsisten dan sering
berubah-ubah. Setiap pergantian presiden, maka kurikulum juga ikut ganti. Namun
sayangnya pergantian kurikulum tersebut tidaklah menyesuaikan dengan keadaan
yang ada di Indonesia. Perubahan tersebut terkesan hanya untuk memenuhi
kebutuhan pasar dan tidak benar-benar untuk meningkatkan kemampuan
masyarakatnya. Adanya perubahan yang terkesan buru-buru ini membuat pelaksana
kurikulum menjadi bingung dan harus beradaptasi dengan kurikulum yang baru.
Padahal dalam beradaptasi juga tidaklah mudah.
Sejak tahun 1968, Indonesia telah terjadi beberapa kali
perubahan kurikulum sekolah. Berawal dari Kurikulum 1968, Kurikulum 1975,
Kurikulum 1984, Kurikulum 1996, Kurikulum 1999, Kurikulum Berbasih Kompetensi
(2002), Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), dan saat ini menjadi
Kurikulum 2013. Perubahan kurikulum sering terjadi karena dianggap masih
memiliki beberapa kekurangan dan perlu adanya diperbaiki. Namun tidak tahu juga
sebenarnya dari sudut pandang siapa kurikulum tersebut masih kurang sesuai dan
siapa yang berperan dalam pembuatan kurikulum tersebut. Apa yang membuat
pemerintah berpikiran bahwa kurikulum tersebut kurang pas dan apa patokan yang
membuat kurikulum bisa pas atau tidak.
Pada dasarnya
dalam pembuatan kurikulum tidak hanya pemerintah saja yang berperan, namun juga
perlu adanya pendapat langsung dari pelaksana kurikulum seperti guru dan siswa.
Mempunyai standar yang tinggi tanpa mempedulikan kondisi yang terjadi tidak
akan membuat standar tersebut bisa berhasil dan mencapai tujuannya. Yang ada
malah membuat bingung dan pelaksanaannya tidak akan sesuai seperti yang
diinginkan.
Setiap kurikulum yang dilaksanakan pasti ada kekurangan
dan kelebihan. Sehingga pemerintah berusaha untuk memperbaiki kekurangan yag
ada. Oleh karena itu, saat ini Indonesia menggunakan kurikulum 2013 yang
dianggapnya sesuai dan dapat mencapai pendidikan matematika yang diinginkan.
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang pelaksanaannya di dukung dengan
pendekatan saintifik dimana guru berperan sebagai fasilitator dan siswa sebagai
tokoh utamanya. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik membantu siswa untuk
menemukan konsepnya sendiri. Pengalaman yang dialaminya secara langsung akan
membuat lebih berkesan sehingga siswa bisa lebih paham. Akan tetapi hal ini
juga tidak akan bisa berhasil jika guru kurang bisa memberikan fasilitas yang
sesuai.
Penerapan kurikulum 2013 tekesan buru-buru. Perubahan
yang terjadi tidak disertai dengan studi dan kajian yang memadai sehingga tidak
ada perencanaan secara matang. Pelaksanaan kurikulum 2013 cukup sulit
dimengerti para guru karena pelatiha tidak disipakan dengan baik. Walaupun saat
ini sudah sering adanya pelatihan kurikulum untuk para guru, namun hal tersebut
terkesan hanya sebuah syarat saja dan belum bisa mencapai apa yang diinginkan. Pelatihan
kurikulum yang hanya dilakukan dalam waktu yang singkat tidak bisa membuahkan
hasil yang maksimal. Namun juga jika dilakukan dalam waktu yang lama dapat
membuat guru menjadi bosan. Apalagi seorang guru yang terhitung sudah berumur
dan memiliki banyak tanggungan di rumah pasti akan merasa terganggu dengan
adanya acara yang cenderung membuatnya harus cuti dari pekerjaan rumahnya untuk
sementara waktu. Pasti hal ini juga berat untuk dilakukan.
Penyelenggara kurikulum sebelum melakukan perubahan
seharusnya melakukan survey ataupun observasi terlebih dahulu. Kemampuan yang
dimiliki satu orang dengan orang lain berbeda-beda. Mungkin ada yang bisa
langsung menerapkan dengan baik kurikulum tersebut, namun banyak yang merasa
kesulitan dalam penerapannya. Oleh karena itu, janganlah membuat sebuah
kurikulum yang sulit untuk diterapkan dan janganlah semata-mata hanya untuk
memenuhi kebutuhan pasar saja, namun buatlah kurikulum yang sesuai dengan
kemampuan rakyat Indonesia sehingga dalam penerapannya dapat berjalan dengan
baik dan bisa mencapai pendidikan yang diinginkan.
Pelaksanaan pembelajaran di kelas jika hanya dilakukan
dengan ceramah pasti akan sangat membosankan. Sehingga seorang guru harus dapat
mempersiapkan strategi yang baik sebelum mengajarkan matematika. Kompetensi
yang dimiliki oleh guru patut untuk diperhatikan karena guru sebagai ujung
tombak dalam merencanakan, melaksakan, dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran
matematika di kelas. Guru yang kurang kompeten dapat menghambat perkembangan
pendidikan matematika. Sehingga perlu adanya perhatian khusus terhadap guru
agar apa yang sudah menjadi tujuan bisa tercapai sebagaimana mestinya. Hal ini
tentu menjadi tugas tersendiri bagi pemerintah untuk dapat menyediakan program
pelatihan yang dapat meningkatkan kmpetensi guru.
Sebagai seorang guru, mempunyai kewajiban untuk dapat
memfasilitasi semua siswanya. Guru tidak boleh hanya memperhatikan beberapa
siswa saja, namun semua siswa juga harus diperhatikan. Biasanya guru mengampu
tidak hanya di satu kelas saja namun juga dibeberapa kelas. Dalam satu kelas,
pasti ada berbagai macam karakter yang dimiliki oleh siswanya. Ada yang suka
ribut, ada yang sangat pendiam, ada yang sangat rajin mengerjakan tugas, ada
yang pemalas, dan lain sebagainya. karakter yang satu dengan yang lainnya bisa
berbeda-beda. Hal ini merupakan salah satu tugas berat guru untuk dapat
memahami berbagai macam karakternya.
Karakter dari siswa dalam setiap kelas harus dapat
diketahui oleh guru. Mengapa guru harus mengetahui karakter siswanya? Padahal
siswa tidak hanya satu melainkan banyak siswa. Hal ini bisa bermanfaat bagi
guru untuk dapat merencanakan strategi apa yang sesuai dengan karakter mereka.
Memang secara logika tidak akan ada strategi yang dapat memfasilitasi semua
siswa, namun guru bisa terus berganti strategi untuk dapat memfasilitasi semua
siswanya. Jika dalam setiap pembelajaran hanya menggunakan strategi yang sama
terus, maka siswa juga akan merasa bosan. Oleh karena itu, guru harus terus
berusaha untuk memberikan pembelajaran yang inovatif dan kreatif sehingga siswa
tidak merasa bosan dan bisa belajar dengan baik. selain itu, guru juga berusaha
untuk dapat memberikan motivasi kepada siswanya, sehingga siswanya bisa sadar
dan terbuka pikirannya untuk mau belajar matematika.
3.
Persoalan dalam Pengembangan Pendidikan
Matematika
Matematika merupakan pelajaran wajib yang ada disemua
jenjang pendidikan. Selain itu, tidak dipungkiri juga bahwa dalam kehidupan
sehari-hari dijumpai adanya matematika mulai dari perdaganyan, pembuatan rumah,
perhitungan jumlah perabotan yang sesuai, dan lain sebagainya. Untuk itu,
disadari ataupun tidak disadari matematika sudah melekat pada diri sejak lahir.
Sehingga dalam setiap jenjang pendidikan akan selalu ditemui pelajaran
matematika karena matematika sangat penting sampai-sampai disebut sebagai ratu
ilmu pengetahuan.
Pendidikan matematika di sekolah tentu akan melibatkan
guru, siswa, maupun pihak terkait lainnya. Dalam mengembangkan pendidikna
matematika pasti diperlukan adanya kerjasama antara pihak yang satu dengan pihak
yang lainnya. Jika dalam pelaksanaannya tidak didukung oleh semua orang maka
apa yang menjadi tujuannya tidak dapat tercapai. Misalnya saja dalam perubahan
kurikulum, jka tidak didukung dengan SDM yang memenuhi maka tidak akan bisa
berjalan dengan baik. Oleh karena itu, perlu adanya kerjasama yang baik dengan
semua pihak terkait.
Pendidikan matematika di sekolah diterapkan dalam bentuk
pembelajaran di kelas. Proses belajar mengajar melibatkan guru dan siswa. Dalam
proses pembelajaran tidak hanya guru saja yang berjuang membantu siswanya untuk
bisa, namun juga siswa harus berjuang untuk dapat memahaminya. Banyak sekali
faktor penyebab mengapa siswa susah memahami sesuatu. Hal tersebut bisa karena
diri sendiri maupun orang lain. Tak jarang siswa merasa kekurangan motivasi,
merasa bahwa pelajaran matematika tidak penting, merasa bahwa pelajaran matematika sulit
sehingga malas untuk mempelajarinya, dan lain sebagainya.
Selama ini pelajaran matematika salah dimaknai oleh
kebanyakan orang. Mereka menganggap bahwa pelajaran matematika hanyalah sebuah
pelajaran hitung-hitungan yang sulit tanpa ingin mengetahui apa yag sebenarnya
ingin dicapai dalam pembelajaran matematika. Anggapan orang dewasa pada umumnya
membuat anak-anak menjadi terpengaruh sehingga mereka mempunyai pandangan yang
negatif terhadap pelajaran matematika. Hal ini tentu menjadi tugas berat guru,
untuk dapat merubah pandangan negatif siswa menjadi pandangan yang positif.
Karena, jika seseorang sudah menilai buruk tentang sesuatu maka akan sulit untuk
dapat memasukkan pengetahuan terhadapnya.
Pendidikan matematika memiliki beberapa tujuan yaitu: 1)
melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, 2) mengembangkan
aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan
pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan,
serta mencoba-coba, 3) mengembangkan kemampuan pemecahan masalah, dan 4)
mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan
dalam berbagai bentuk. Selain itu juga, tujuan pendidikan matematika juga untuk
mengembangkan penalaran siswa, konsisten, aktif, kreatif, mandiri, dan memiliki
kemampuan yang sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini baik dilakukannya
pengembangan pendidikan matematika sehingga dapat menciptakan generasi yang
lebih baik lagi.
Tujuan pendidikan matematika sangat baik untuk dapat di
kembangkan. Namun masih adanya persoalan-persoalan dalam pendidikan matematika
yang harus dihadapi terlebih dahulu seperti kurikulum matematika yang sulit
untuk dilaksanakan, kurang sesuainya strategi guru dalam pembelajaran,
pandangan siswa yang buruk terhadap matematika, dan lain sebagainya. Persoalan
yag ada tidak akan bisa diselesaikan oleh satu orang saja, melainkan perlu
adanya kerjasama antara pihak yang berkaitan.
Dalam hal ini tidak hanya pemerintah dan guru saja yang berperan, namun
juga siswa, orang tua, maupun masyarakat lainnya. Jika dalam pelaksanaan
pendidikan tidak didukung oleh semua orang, maka tidak akan bisa berjalan
dengan baik. Oleh karena itu, perlu adanya kepekaan sehingga bisa melihat apa
saja yang menjadi persoalan dalam pendidikan matematika yang menyebabkan
pendidikan matematika sulit berkembang. Adanya evaluasi dan kerjasama antara
semua pihak bisa membantu untuk dapat menghadapi segala permasalahan yang ada
dan pendidikan matematika dapat berkembang dengan baik.
BAB
II: Karakteristik Matematika
Matematika
pastilah sudah tidak asing lagi bagi semua orang. Matematika merupakan salah
satu studi yang dipelajari dalam semua jenjang pendidikan. Pendidikan
matematika di sekolah merupakan bagian dari matematika. Begitu luasnya
cangkupan matematika sampai-sampai tidak dapat terangkum semua dalam jenjang
pendidikan formal. Matematika memiliki karakteristik yang berguna untuk
membantu guru dalam mengambil sikap dalam pembelajaran matematika. Menurut
Soedjadi (Yuhasriati, 2012) menyatakan bahwa karakteristik matematika terdiri
dari:
1.
Memiliki objek kajian yang abstrak
Objek
dasar matematika yang dipelajari bersifat abstrak. Objek dasar tersebut
meliputi fakta, konsep, operasi, dan prinsip. Objek-objek tersebut akan
dijelaskan sebagai berikut:
a.
Fakta merupakan kesepakatan yang diungkapkan
menggunakan simbol-simbol tertentu. Misalnya saja simbol 5 yang menyatakan
sebagai bilangan lima. Jadi sudah pasti bahwa jika menyajikan simbol 8 maka
sudah bisa dipahami bahwa yang dimaksud adalah delapan. Selain itu, ada juga
simbol operasi (+) yang dapat digunakan untuk penjumlahan dan pengurangan.
Sehingga jika ada bilangan 4+5 akan mengahsilkan bilangan 9. Hal ini biasanya ditulis dengan simbol 4+5=9.
Namun ada juga fakta mengenai tanda (-) yang berarti bisa mengandung dua makna
yaitu bisa berarti tanda negatif ataupun bisa sebagai tanda operasi. Tidak
jarang juga siswa salah dalam mengebutkan tanda tersebut. Yang seharusnya
disebutkan tanda kurang malah menjadi tanda negatif dan begitupun sebaliknya.
Oleh karena itu, dalam pembelajaran siswa harus dipahamkan mengenai tanda
tersebut, kapan ia berperan menjadi operasi dan kapan ia berperan menjadi
pernyataan atau tanda negatif karena dikhawatirkan jika siswa salah dalam
menyebutkan tanda maka orang yang mendengarkannya juga bisa salah paham.
b.
Konsep merupakan ide atau gagasan yang
dibentuk dengan memandang sifat-sifat yag sama dari sekumpulan objek. Pemahaman
konsep ada pada setiap kajian dalam matematika baik dalam materi trapesium,
matriks, kesebangunan, persamaan kuadrat, dna lain sebagainya. Namun terkadang
siswa masih ada yang salah dalam memahami konsep yang dipelajarinya. Kejadian
ini menjadi perhatian khusus bagi guru untuk dapat menyelidiki apakah konsep
yang diterima oleh siswa sudah sesuai atau belum dengan menggunakan caranya
masing-masing. Jika masih ada belum paham ataupun salah dalam memahami konsep
guru bisa memberikan keterangan ataupun klarifikasi sehingga kesalahan tersebut
bisa segera diperbaiki dan tidak menimbulkan masalah yang lebih buruk lagi.
c.
Operasi sering disebut sebagai skill. Skill
merupakan keterampilan yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat menyelesaikan
segala tugas dengan kecepatan dan ketepatan yang tinggi. Namun kenyataannya
masih banyak siswa yang kurang dalam menyelesaikan persoalan matematika apalagi
siswa yang tidak menyukainya. Untuk itu, perlu adanya sebuah strategi yang
dapat menumbuhkan skill dari semua siswa.
d.
Prinsip merupakan objek matematika yang
kompleks karena didalamnya terdiri dari beberapa fakta, konsep, yang dikaitkan
dalam suatu operasi. Contoh prinsip dalam matematika yaitu dalam materi
matematika seperti teorema, aksioma, hukum-hukum, dan lain-lain. Semakin tinggi
tingkatan maka semakin sulit dan kompleks matematika yang dipelajarai. Jadi,
guru tidak boleh lengah dan terus berusaha untuk dapat memotivasi siswa
sehingga siswa bisa lebih mudah dalam menerima pelajaran walaupun sesulit
apapun.
2.
Bertumpu pada kesepakatan
Kesepakatan
dalam matematika merupakan tumpuan yang sangat penting. Jika dalam matemtaika
tidak ada kesepakatan secara internasional, maka semua orang akan bingung
dengan ungkapan-ungkapan yang diutarakan mengenai matematika. Adanya
kesepakatan akan mempermudah dalam komunikasi mengenai matematika. Jika dituliskan
angka 7, maka memang benar yang dimaksud ada tujuh. Hal ini bisa dikatakan
benar tujuh karena sudah adanya kesepakatan secara Internasional. Sehingga
persepsi orang yang ada di Indonesia maupun yang ada di Negara lain maka akan
sama.
3.
Berpola pikir deduktif
Pola
pikir deduktif dapat dikatakan pemikiran yang berpangkal dari sifat yang umum
dan diterapkan pada sifat yang khusus atau bisa juga sebagai pola pikir yang
pernyataanya telah diakui kebenarannya. Pola pikir deduktif didasarkan pada
urtan kronologis dari pengertian pangkal, aksioma, definisi, sifat-sifat,
dalil-dalil, dan penerapan dalam matematika sendiri maupun dalam bidang
lainnya. Misalnya saja siswa sudah mempelajari tentang konsep bangun datar
ataupun bangun ruang kemudian ia diajak ke suatu tempat dan ia mengidentifikasi benda-benda yang ada
disekitarnya, maka siswa tersebut sudah menerapkan pola pikir deduktif. Akan
tetapi, tidak jarang juga ada yang menerapkan pola pikir secara induktif. Hal
ini dapat diterima jika terlebih dahulu dibuktikan dengan menggunakan induksi
matematika.
4.
Konsisten dalam sistem
Matematika
memiliki bermacam-macam sistem yang terbentuk dari prinsip-prinsip matematika.
Sistem dalam matematika ada yang saling bekaitan dan ada juga yang tidak
berkaitan. Selain itu, sistem matematika akan selalu konsisten. Konsisten bisa
dalam hal makna ataupun nilai kebenarannya. Dalam hal ini yang bisa digunakan
sebagai acuannya adalah definisi, sehingga yang tidak sesuai dengan definisinya
tidak bisa dianggap sebagai kelompoknya. Akan tetapi, terkadang definisi yang
tertera di dalam buku ajar matematika masih kurang tepat. Untuk itu, perlu
adanya analisis dan perbaikan dalam buku tersebut. Selain itu, definisi dari
satu buku dengan yang lainnya cenderung ada perbedaan. Jadi, alangkah lebih
baiknya jika dari pihak pemerintah menyediakan buku yang sama untuk dapat
diterapkan dalam semua sekolah, tapi buku tersebut harus sesuai dan mudah untuk
dimaknai jangan sampai malah membuat siswa menjadi bingung dalam
mempelajarinya. Jika buku yang digunakan dalam semua sekolah sama setiap
jenjangnya maka bisa membuat persepsi yang satu dengan yang lainnya juga sama.
5.
Memiliki simbol yang kosong dari arti
Matematika
tidak jauh dari yang namanya simbol. Bahkan hampir semua menggunakan simbol.
Adanya simbol dapat mempermudah untuk mempelajarinya dan mengomunikasikannya. Simbol
matematika tidak akan ada artinya jika tidak dikaitkan dengan konteks tertentu
atau bisa juga dianggap sebagai simbol yang kosong dai arti. Misalnya saja ada
tanda x tanpa adanya keterangan yanga lainnya, maka tanda x tersebut tidak
mempunyai makna apapun. Terkecuali jika ada keterangan selanjutnya seperti:
tanda x mewakili banyaknya barang yang berwarna merah. Hal ini menjadi suatu
perbedaan antara simbol matematika dan simbol bukan matematika. Kosongnya arti
dari simbol matematika menjadi kekuatan matematika untuk dapat digunakan dalam
berbagai bidang kehidupan.
6.
Memperhatikan semesta pembicaraan
Penjelasan
dalam memperhatikan semesta pembicaraan maish berhubungan dengan simbol yang
kosong dari arti dan bila dikaitkan dengan konteks tertentu dapat memiliki
makna yang berarti. Jika lingkup pembicaraan mengenai bilangan, maka
simbol-simbol diartikan sebagai bilangan. Jika lingkup pembicaraan mengenai
geometri, maka simbol-simbol tersebut diartikan sebagai suatu geometri.
Sesungguhnya lingkup pembicaraan tersebutlah yang disebut dengan semesta
pembicaraan. Suatu penyelesaian matematika sangat ditentukan oleh semesta
pembicaraan. Jika seseorang salah dalam memaknai semesta tersebut, maka ia bisa
tersesat dan cenderung akan masuk jurang. Namun ada juga yang tidak
memperhatikan semestanya, sehingga ia menjawab dengan jawaban yang salah. Oleh
karena itu, perlu diperhatikannya semesta pembicaraan agar dapat menentukan
solusi apa yang akan digunakan sehingga bisa menyelesaikan suatu masalah.
BAB
III: Objek dan Metode Matematika dalam Pendidikan Matematika
Objek
dasar matematika terdiri dari fakta, konsep, operasi, dan prinsip. Objek-objek tersebut
akan dijelaskan sebagai berikut:
- 1. Fakta merupakan kesepakatan yang diungkapkan menggunakan simbol-simbol tertentu. Misalnya saja simbol 5 yang menyatakan sebagai bilangan lima. Jadi sudah pasti bahwa jika menyajikan simbol 8 maka sudah bisa dipahami bahwa yang dimaksud adalah delapan. Selain itu, ada juga simbol operasi (+) yang dapat digunakan untuk penjumlahan dan pengurangan. Sehingga jika ada bilangan 4+5 akan mengahsilkan bilangan 9. Hal ini biasanya ditulis dengan simbol 4+5=9. Namun ada juga fakta mengenai tanda (-) yang berarti bisa mengandung dua makna yaitu bisa berarti tanda negatif ataupun bisa sebagai tanda operasi. Tidak jarang juga siswa salah dalam mengebutkan tanda tersebut. Yang seharusnya disebutkan tanda kurang malah menjadi tanda negatif dan begitupun sebaliknya. Oleh karena itu, dalam pembelajaran siswa harus dipahamkan mengenai tanda tersebut, kapan ia berperan menjadi operasi dan kapan ia berperan menjadi pernyataan atau tanda negatif karena dikhawatirkan jika siswa salah dalam menyebutkan tanda maka orang yang mendengarkannya juga bisa salah paham.2. Konsep merupakan ide atau gagasan yang dibentuk dengan memandang sifat-sifat yag sama dari sekumpulan objek. Pemahaman konsep ada pada setiap kajian dalam matematika baik dalam materi trapesium, matriks, kesebangunan, persamaan kuadrat, dan lain sebagainya.3. Operasi sering disebut sebagai skill. Skill merupakan keterampilan yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat menyelesaikan segala tugas dengan kecepatan dan ketepatan yang tinggi. Namun kenyataannya masih banyak siswa yang kurang dalam menyelesaikan persoalan matematika apalagi siswa yang tidak menyukainya. Untuk itu, perlu adanya sebuah strategi yang dapat menumbuhkan skill dari semua siswa.4. Prinsip merupakan objek matematika yang kompleks karena didalamnya terdiri dari beberapa fakta, konsep, yang dikaitkan dalam suatu operasi. Contoh prinsip dalam matematika yaitu dalam materi matematika seperti teorema, aksioma, hukum-hukum, dan lain-lain. Semakin tinggi tingkatan maka semakin sulit dan kompleks matematika yang dipelajarai. Jadi, guru tidak boleh lengah dan terus berusaha untuk dapat memotivasi siswa sehingga siswa bisa lebih mudah dalam menerima pelajaran walaupun sesulit apapun.
Sedangkan
dalam matematika tidak hanya mengetahui objek kajiannya saja, namun juga perlu
diketahui metode-metode apa yang dapat digunakan dalam pendidikan matematika.
Menurut Erman dkk (Erita, 2016), metode pembelajaran merupakan bagaimana cara
menyajikan materi yang masih bersifat umum. Dalam suatu pembelajaran, guru
diharapkan dapat mneggunakan metode yang sesuai dengan karakter siswanya dan
yang dikuasainya. Sehingga guru membutuhkan persiapan yang matang sebelum masuk
ke dalam kelas karena ditakutkan jika guru belum sipa dalam segala sesuatunya
bisa membuat pembelajaran menjadi berantakan dan apa yang diinginkan tidak bisa
tercapai dengan baik. Ada beberapa metode yang dapat diterapkan dalam
pembelajaran matematika di kelas yaitu sebagai berikut:
1.
Metode Ceramah
Metode
ceramah merupakan suatu cara yang digunakan untuk menyampaikan informasi secara
lisan kepada orang lain. Dalam penerapan metode ini, guru lebih aktif
dibandingkan dengan siswa karena guru sebagai pusat perhatian. Namun dalam
kurikulum saat ini, metode ceramah diharapkan untuk tidak diterapkan dalam
pembelajaran lagi karena seharusnya yang menjadi pusat adalah siswa dan bukan
guru. Akan tetapi, kenyataannya metode ini masih juga digunakan dalam
pembelajaran, karena sesungguhnya ada beberapa materi yang sulit dimengerti
oleh siswa jika tidak dibarengi dengan ceramah. Jadi, metode ceramah masih
memiliki keunggulan dalam keadaan tertentu.
2.
Metode Ekspositori
Metode
ekspositori tidak jauh berbeda dengan metode ceramah yang masih berpusat pada
guru. Namun, pada metode ini dominasi guru berkurang karena tidak secara terus
menerus berbicara. Dalam metode ini, siswa lebih aktif dibandingkan dengan
metode ceramah. Metode ekspositori lebih unggul dibandingkan dengan metode
ceramah, karena tidak hanya guru saja yang aktif, tetapi siswanya juga aktif.
3.
Metode Demonstrasi
Metode
demonstrasi juga tidak jauh beda dengan dengan metode ceramah dan metode
ekspositori. Namun, metode ini dominasi lebih berkurang lagi. Sesungguhnya semua metode pembelajaran pasti memiliki kelemahan dan keunggulannya masing-masing.
4.
Metode Drill dan Metode Latihan
Metode
drill dan latihan merupakan metode dalam megembangkan potensi siswa dalam
bidang kogniif, afektif, maupun dalam bidang psikomotorik. Adanya latihan
sangat penting untuk dilakukan karena dapat menguji sejauh mana pemahaman siswa
dan dalam hal apa yang siswa belum bisa pahami. Hal ini bisa juga digunakan
untuk memantapkan konsep dalam pikiran siswa. Biasanya latihan diberikan
setelah guru selesai dalam memberikan materi. Latihan yang dilakukan di sekolah
akan lebih baik jika bisa diselesaikan langsung di sekolah. Karena sesungguhnya
jika hal tersebut digunakan sebagai pekerjaan rumah, maka dapat membuat siswa
menjadi terbebani. Oleh karena itu, baik bagi guru untuk dapat memfasilitasi
siswanya sehingga dapat mengerjakan latihan yang diberikan dengan baik, benar,
dan tepat waktu, sehingga tidak menjadi beban jika sudah sampai di rumah. Namun
sebagai siswa juga jangan sampai lupa bahwa tugasnya adalah belajar, sehingga
walaupun tidak diberikan pekerjaan rumah, akan lebih baik lagi jika
mempelajarinya lagi ketika sudah sampai di rumah.
5.
Metode Tanya Jawab
Metode
tanya jawab merupakan cara dalam menyajikan bahan pelajaran dengan membrikan
pertanyaan yang akan dijawab oleh siswa. Dalam melakukan tanya jawab ada
beberapa hal yang sebaiknya dilakuakn oleh guru yaitu, a) Menghargai jawaban,
pertanyaan, keluhan, maupun tindakan dari siswa yang dirasa tidak sesuai, b)
Menerima jawaban siswa lalu memeriksanya dengan memberikan umpan balik, c)
Merangsang siswa untuk aktif berpartisipasi dalam metode tanya jawab tersebut,
d) mengajukan pertanyaan kepada siswa yang menjadi sasaran sesuai dengan
keperluannya, e) Bertindak seolah-olah belum tahu atau membuat kekeliruan
secara sengaja, f) Mengajukan pertanyaan yang memiliki taraf lebih tinggi.
Metode ini lebih unggul dibandingkan dengan metode yang sebelumnya. Disini
siswa akan lebih berperan aktif.
6.
Metode Penemuan
Pada
metode penemuan siswa akan berusaha untuk mencari dan menemukan sendiri. Disini
guru menyajikan bahan pembelajaran tidak dalam betuk yang benar-benar sudah
selesai, namun ada hal-hal yang harus ditambahkan agar menjadi penyelesaian
yang baik. Metode ini berguna agar siswa lebih aktif dan kreatif. Namun saat
ini siswa terlalu banyak mengeluh jika diberikan sedikit tantangan. Tentu hal
tersebut menjadi tugas guru unuk dapat memberikan stimulus sehingga siswanya
tidak mudah menyerah.
7.
Metode Inkuiri
Metode
ini mirip dengan metode penemuan. Perbedaannya adalah dalam metode penemuan
pada hasil akhir yang harus ditemukan siswa merupakan sesuatu yang baru
baginya, namun sudah direncanakan dan diketahui oleh guru. Akan tetapi, dalam
metode inkuirihal baru yang dimaksudkan untuk siswa juga merupakan hal yang
belum diketahui juga oleh guru. Memang cukup sulit memahami sesuatu yang
benar-benar masih asing. Tapi dengan adanya tekat dan usaha segala sesuatu bisa
terasa lebih mudah.
Daftar
Pustaka
Erita,
Selvia. 2016. Beberapa Model, Pendekatan,
Strategi, dan Metode dalam Pembelajaran Matematika. Tarbawi: Jurnal Ilmu
Pendidikan 1 (2) vol. 1
Majid,
Abdul. 2009. Perencanaan Pembelajaran.
Bandung: Remaja Rosda Karya
Yuhasriati.
2012. Pendekatan Realistik dalam Pembelajaran
Matematika. Jurnal Peluang, Volume 1, Nomor 1, Oktober 2012, ISSN:
2302-5158