Senin, 31 Desember 2018

FILSAFAT PENDIDIKAN MATEMATIKA

FILSAFAT PENDIDIKAN MATEMATIKA
Oleh: Aan dan Marsigit

BAB I: Persoalan-Persoalan Pokok dalam Pengembangan Pendidikan Matematika
Pendidikan matematika di Indonesia berkembang sesuai dengan perkembangan pendidikan matematika dunia. Proses pembelajaran saat ini sudah berkembang sesuai dengan bertambah manjunya teknologi saat ini. Dalam mengembangkan pendidikan matematika tidak akan jauh-jauh dengan yang namanya kurikulum matematika di sekolah dan kompetensi guru dalam proses pembelajaran matematika.
  1.        Kurikulum Matematika di Sekolah
Kurikulum di Indonsia terkesan tidak konsisten dan sering berubah-ubah. Setiap pergantian presiden, maka kurikulum juga ikut ganti. Namun sayangnya pergantian kurikulum tersebut tidaklah menyesuaikan dengan keadaan yang ada di Indonesia. Perubahan tersebut terkesan hanya untuk memenuhi kebutuhan pasar dan tidak benar-benar untuk meningkatkan kemampuan masyarakatnya. Adanya perubahan yang terkesan buru-buru ini membuat pelaksana kurikulum menjadi bingung dan harus beradaptasi dengan kurikulum yang baru. Padahal dalam beradaptasi juga tidaklah mudah.
Sejak tahun 1968, Indonesia telah terjadi beberapa kali perubahan kurikulum sekolah. Berawal dari Kurikulum 1968, Kurikulum 1975, Kurikulum 1984, Kurikulum 1996, Kurikulum 1999, Kurikulum Berbasih Kompetensi (2002), Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), dan saat ini menjadi Kurikulum 2013. Perubahan kurikulum sering terjadi karena dianggap masih memiliki beberapa kekurangan dan perlu adanya diperbaiki. Namun tidak tahu juga sebenarnya dari sudut pandang siapa kurikulum tersebut masih kurang sesuai dan siapa yang berperan dalam pembuatan kurikulum tersebut. Apa yang membuat pemerintah berpikiran bahwa kurikulum tersebut kurang pas dan apa patokan yang membuat kurikulum bisa pas atau tidak.
 Pada dasarnya dalam pembuatan kurikulum tidak hanya pemerintah saja yang berperan, namun juga perlu adanya pendapat langsung dari pelaksana kurikulum seperti guru dan siswa. Mempunyai standar yang tinggi tanpa mempedulikan kondisi yang terjadi tidak akan membuat standar tersebut bisa berhasil dan mencapai tujuannya. Yang ada malah membuat bingung dan pelaksanaannya tidak akan sesuai seperti yang diinginkan.
Setiap kurikulum yang dilaksanakan pasti ada kekurangan dan kelebihan. Sehingga pemerintah berusaha untuk memperbaiki kekurangan yag ada. Oleh karena itu, saat ini Indonesia menggunakan kurikulum 2013 yang dianggapnya sesuai dan dapat mencapai pendidikan matematika yang diinginkan. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang pelaksanaannya di dukung dengan pendekatan saintifik dimana guru berperan sebagai fasilitator dan siswa sebagai tokoh utamanya. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik membantu siswa untuk menemukan konsepnya sendiri. Pengalaman yang dialaminya secara langsung akan membuat lebih berkesan sehingga siswa bisa lebih paham. Akan tetapi hal ini juga tidak akan bisa berhasil jika guru kurang bisa memberikan fasilitas yang sesuai.
Penerapan kurikulum 2013 tekesan buru-buru. Perubahan yang terjadi tidak disertai dengan studi dan kajian yang memadai sehingga tidak ada perencanaan secara matang. Pelaksanaan kurikulum 2013 cukup sulit dimengerti para guru karena pelatiha tidak disipakan dengan baik. Walaupun saat ini sudah sering adanya pelatihan kurikulum untuk para guru, namun hal tersebut terkesan hanya sebuah syarat saja dan belum bisa mencapai apa yang diinginkan. Pelatihan kurikulum yang hanya dilakukan dalam waktu yang singkat tidak bisa membuahkan hasil yang maksimal. Namun juga jika dilakukan dalam waktu yang lama dapat membuat guru menjadi bosan. Apalagi seorang guru yang terhitung sudah berumur dan memiliki banyak tanggungan di rumah pasti akan merasa terganggu dengan adanya acara yang cenderung membuatnya harus cuti dari pekerjaan rumahnya untuk sementara waktu. Pasti hal ini juga berat untuk dilakukan.
Penyelenggara kurikulum sebelum melakukan perubahan seharusnya melakukan survey ataupun observasi terlebih dahulu. Kemampuan yang dimiliki satu orang dengan orang lain berbeda-beda. Mungkin ada yang bisa langsung menerapkan dengan baik kurikulum tersebut, namun banyak yang merasa kesulitan dalam penerapannya. Oleh karena itu, janganlah membuat sebuah kurikulum yang sulit untuk diterapkan dan janganlah semata-mata hanya untuk memenuhi kebutuhan pasar saja, namun buatlah kurikulum yang sesuai dengan kemampuan rakyat Indonesia sehingga dalam penerapannya dapat berjalan dengan baik dan bisa mencapai pendidikan yang diinginkan.
     2.        Kompetensi Guru dalam Pembelajaran Matematika
Pelaksanaan pembelajaran di kelas jika hanya dilakukan dengan ceramah pasti akan sangat membosankan. Sehingga seorang guru harus dapat mempersiapkan strategi yang baik sebelum mengajarkan matematika. Kompetensi yang dimiliki oleh guru patut untuk diperhatikan karena guru sebagai ujung tombak dalam merencanakan, melaksakan, dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran matematika di kelas. Guru yang kurang kompeten dapat menghambat perkembangan pendidikan matematika. Sehingga perlu adanya perhatian khusus terhadap guru agar apa yang sudah menjadi tujuan bisa tercapai sebagaimana mestinya. Hal ini tentu menjadi tugas tersendiri bagi pemerintah untuk dapat menyediakan program pelatihan yang dapat meningkatkan kmpetensi guru.     
Sebagai seorang guru, mempunyai kewajiban untuk dapat memfasilitasi semua siswanya. Guru tidak boleh hanya memperhatikan beberapa siswa saja, namun semua siswa juga harus diperhatikan. Biasanya guru mengampu tidak hanya di satu kelas saja namun juga dibeberapa kelas. Dalam satu kelas, pasti ada berbagai macam karakter yang dimiliki oleh siswanya. Ada yang suka ribut, ada yang sangat pendiam, ada yang sangat rajin mengerjakan tugas, ada yang pemalas, dan lain sebagainya. karakter yang satu dengan yang lainnya bisa berbeda-beda. Hal ini merupakan salah satu tugas berat guru untuk dapat memahami berbagai macam karakternya.
Karakter dari siswa dalam setiap kelas harus dapat diketahui oleh guru. Mengapa guru harus mengetahui karakter siswanya? Padahal siswa tidak hanya satu melainkan banyak siswa. Hal ini bisa bermanfaat bagi guru untuk dapat merencanakan strategi apa yang sesuai dengan karakter mereka. Memang secara logika tidak akan ada strategi yang dapat memfasilitasi semua siswa, namun guru bisa terus berganti strategi untuk dapat memfasilitasi semua siswanya. Jika dalam setiap pembelajaran hanya menggunakan strategi yang sama terus, maka siswa juga akan merasa bosan. Oleh karena itu, guru harus terus berusaha untuk memberikan pembelajaran yang inovatif dan kreatif sehingga siswa tidak merasa bosan dan bisa belajar dengan baik. selain itu, guru juga berusaha untuk dapat memberikan motivasi kepada siswanya, sehingga siswanya bisa sadar dan terbuka pikirannya untuk mau belajar matematika.
   3.        Persoalan dalam Pengembangan Pendidikan Matematika
Matematika merupakan pelajaran wajib yang ada disemua jenjang pendidikan. Selain itu, tidak dipungkiri juga bahwa dalam kehidupan sehari-hari dijumpai adanya matematika mulai dari perdaganyan, pembuatan rumah, perhitungan jumlah perabotan yang sesuai, dan lain sebagainya. Untuk itu, disadari ataupun tidak disadari matematika sudah melekat pada diri sejak lahir. Sehingga dalam setiap jenjang pendidikan akan selalu ditemui pelajaran matematika karena matematika sangat penting sampai-sampai disebut sebagai ratu ilmu pengetahuan.
Pendidikan matematika di sekolah tentu akan melibatkan guru, siswa, maupun pihak terkait lainnya. Dalam mengembangkan pendidikna matematika pasti diperlukan adanya kerjasama antara pihak yang satu dengan pihak yang lainnya. Jika dalam pelaksanaannya tidak didukung oleh semua orang maka apa yang menjadi tujuannya tidak dapat tercapai. Misalnya saja dalam perubahan kurikulum, jka tidak didukung dengan SDM yang memenuhi maka tidak akan bisa berjalan dengan baik. Oleh karena itu, perlu adanya kerjasama yang baik dengan semua pihak terkait.
Pendidikan matematika di sekolah diterapkan dalam bentuk pembelajaran di kelas. Proses belajar mengajar melibatkan guru dan siswa. Dalam proses pembelajaran tidak hanya guru saja yang berjuang membantu siswanya untuk bisa, namun juga siswa harus berjuang untuk dapat memahaminya. Banyak sekali faktor penyebab mengapa siswa susah memahami sesuatu. Hal tersebut bisa karena diri sendiri maupun orang lain. Tak jarang siswa merasa kekurangan motivasi, merasa bahwa pelajaran matematika tidak penting,  merasa bahwa pelajaran matematika sulit sehingga malas untuk mempelajarinya, dan lain sebagainya.
Selama ini pelajaran matematika salah dimaknai oleh kebanyakan orang. Mereka menganggap bahwa pelajaran matematika hanyalah sebuah pelajaran hitung-hitungan yang sulit tanpa ingin mengetahui apa yag sebenarnya ingin dicapai dalam pembelajaran matematika. Anggapan orang dewasa pada umumnya membuat anak-anak menjadi terpengaruh sehingga mereka mempunyai pandangan yang negatif terhadap pelajaran matematika. Hal ini tentu menjadi tugas berat guru, untuk dapat merubah pandangan negatif siswa menjadi pandangan yang positif. Karena, jika seseorang sudah menilai buruk tentang sesuatu maka akan sulit untuk dapat memasukkan pengetahuan terhadapnya.
Pendidikan matematika memiliki beberapa tujuan yaitu: 1) melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, 2) mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba, 3) mengembangkan kemampuan pemecahan masalah, dan 4) mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan dalam berbagai bentuk. Selain itu juga, tujuan pendidikan matematika juga untuk mengembangkan penalaran siswa, konsisten, aktif, kreatif, mandiri, dan memiliki kemampuan yang sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini baik dilakukannya pengembangan pendidikan matematika sehingga dapat menciptakan generasi yang lebih baik lagi.
Tujuan pendidikan matematika sangat baik untuk dapat di kembangkan. Namun masih adanya persoalan-persoalan dalam pendidikan matematika yang harus dihadapi terlebih dahulu seperti kurikulum matematika yang sulit untuk dilaksanakan, kurang sesuainya strategi guru dalam pembelajaran, pandangan siswa yang buruk terhadap matematika, dan lain sebagainya. Persoalan yag ada tidak akan bisa diselesaikan oleh satu orang saja, melainkan perlu adanya kerjasama antara pihak yang berkaitan.  Dalam hal ini tidak hanya pemerintah dan guru saja yang berperan, namun juga siswa, orang tua, maupun masyarakat lainnya. Jika dalam pelaksanaan pendidikan tidak didukung oleh semua orang, maka tidak akan bisa berjalan dengan baik. Oleh karena itu, perlu adanya kepekaan sehingga bisa melihat apa saja yang menjadi persoalan dalam pendidikan matematika yang menyebabkan pendidikan matematika sulit berkembang. Adanya evaluasi dan kerjasama antara semua pihak bisa membantu untuk dapat menghadapi segala permasalahan yang ada dan pendidikan matematika dapat berkembang dengan baik.

BAB II: Karakteristik Matematika
Matematika pastilah sudah tidak asing lagi bagi semua orang. Matematika merupakan salah satu studi yang dipelajari dalam semua jenjang pendidikan. Pendidikan matematika di sekolah merupakan bagian dari matematika. Begitu luasnya cangkupan matematika sampai-sampai tidak dapat terangkum semua dalam jenjang pendidikan formal. Matematika memiliki karakteristik yang berguna untuk membantu guru dalam mengambil sikap dalam pembelajaran matematika. Menurut Soedjadi (Yuhasriati, 2012) menyatakan bahwa karakteristik matematika terdiri dari:
   1.        Memiliki objek kajian yang abstrak
Objek dasar matematika yang dipelajari bersifat abstrak. Objek dasar tersebut meliputi fakta, konsep, operasi, dan prinsip. Objek-objek tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:
                    a.        Fakta merupakan kesepakatan yang diungkapkan menggunakan simbol-simbol tertentu. Misalnya saja simbol 5 yang menyatakan sebagai bilangan lima. Jadi sudah pasti bahwa jika menyajikan simbol 8 maka sudah bisa dipahami bahwa yang dimaksud adalah delapan. Selain itu, ada juga simbol operasi (+) yang dapat digunakan untuk penjumlahan dan pengurangan. Sehingga jika ada bilangan 4+5 akan mengahsilkan bilangan 9.  Hal ini biasanya ditulis dengan simbol 4+5=9. Namun ada juga fakta mengenai tanda (-) yang berarti bisa mengandung dua makna yaitu bisa berarti tanda negatif ataupun bisa sebagai tanda operasi. Tidak jarang juga siswa salah dalam mengebutkan tanda tersebut. Yang seharusnya disebutkan tanda kurang malah menjadi tanda negatif dan begitupun sebaliknya. Oleh karena itu, dalam pembelajaran siswa harus dipahamkan mengenai tanda tersebut, kapan ia berperan menjadi operasi dan kapan ia berperan menjadi pernyataan atau tanda negatif karena dikhawatirkan jika siswa salah dalam menyebutkan tanda maka orang yang mendengarkannya juga bisa salah paham.
                    b.        Konsep merupakan ide atau gagasan yang dibentuk dengan memandang sifat-sifat yag sama dari sekumpulan objek. Pemahaman konsep ada pada setiap kajian dalam matematika baik dalam materi trapesium, matriks, kesebangunan, persamaan kuadrat, dna lain sebagainya. Namun terkadang siswa masih ada yang salah dalam memahami konsep yang dipelajarinya. Kejadian ini menjadi perhatian khusus bagi guru untuk dapat menyelidiki apakah konsep yang diterima oleh siswa sudah sesuai atau belum dengan menggunakan caranya masing-masing. Jika masih ada belum paham ataupun salah dalam memahami konsep guru bisa memberikan keterangan ataupun klarifikasi sehingga kesalahan tersebut bisa segera diperbaiki dan tidak menimbulkan masalah yang lebih buruk lagi.
                    c.        Operasi sering disebut sebagai skill. Skill merupakan keterampilan yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat menyelesaikan segala tugas dengan kecepatan dan ketepatan yang tinggi. Namun kenyataannya masih banyak siswa yang kurang dalam menyelesaikan persoalan matematika apalagi siswa yang tidak menyukainya. Untuk itu, perlu adanya sebuah strategi yang dapat menumbuhkan skill dari semua siswa.
                    d.        Prinsip merupakan objek matematika yang kompleks karena didalamnya terdiri dari beberapa fakta, konsep, yang dikaitkan dalam suatu operasi. Contoh prinsip dalam matematika yaitu dalam materi matematika seperti teorema, aksioma, hukum-hukum, dan lain-lain. Semakin tinggi tingkatan maka semakin sulit dan kompleks matematika yang dipelajarai. Jadi, guru tidak boleh lengah dan terus berusaha untuk dapat memotivasi siswa sehingga siswa bisa lebih mudah dalam menerima pelajaran walaupun sesulit apapun.
    2.        Bertumpu pada kesepakatan
Kesepakatan dalam matematika merupakan tumpuan yang sangat penting. Jika dalam matemtaika tidak ada kesepakatan secara internasional, maka semua orang akan bingung dengan ungkapan-ungkapan yang diutarakan mengenai matematika. Adanya kesepakatan akan mempermudah dalam komunikasi mengenai matematika. Jika dituliskan angka 7, maka memang benar yang dimaksud ada tujuh. Hal ini bisa dikatakan benar tujuh karena sudah adanya kesepakatan secara Internasional. Sehingga persepsi orang yang ada di Indonesia maupun yang ada di Negara lain maka akan sama.
    3.        Berpola pikir deduktif
Pola pikir deduktif dapat dikatakan pemikiran yang berpangkal dari sifat yang umum dan diterapkan pada sifat yang khusus atau bisa juga sebagai pola pikir yang pernyataanya telah diakui kebenarannya. Pola pikir deduktif didasarkan pada urtan kronologis dari pengertian pangkal, aksioma, definisi, sifat-sifat, dalil-dalil, dan penerapan dalam matematika sendiri maupun dalam bidang lainnya. Misalnya saja siswa sudah mempelajari tentang konsep bangun datar ataupun bangun ruang kemudian ia diajak ke suatu tempat  dan ia mengidentifikasi benda-benda yang ada disekitarnya, maka siswa tersebut sudah menerapkan pola pikir deduktif. Akan tetapi, tidak jarang juga ada yang menerapkan pola pikir secara induktif. Hal ini dapat diterima jika terlebih dahulu dibuktikan dengan menggunakan induksi matematika.
   4.        Konsisten dalam sistem
Matematika memiliki bermacam-macam sistem yang terbentuk dari prinsip-prinsip matematika. Sistem dalam matematika ada yang saling bekaitan dan ada juga yang tidak berkaitan. Selain itu, sistem matematika akan selalu konsisten. Konsisten bisa dalam hal makna ataupun nilai kebenarannya. Dalam hal ini yang bisa digunakan sebagai acuannya adalah definisi, sehingga yang tidak sesuai dengan definisinya tidak bisa dianggap sebagai kelompoknya. Akan tetapi, terkadang definisi yang tertera di dalam buku ajar matematika masih kurang tepat. Untuk itu, perlu adanya analisis dan perbaikan dalam buku tersebut. Selain itu, definisi dari satu buku dengan yang lainnya cenderung ada perbedaan. Jadi, alangkah lebih baiknya jika dari pihak pemerintah menyediakan buku yang sama untuk dapat diterapkan dalam semua sekolah, tapi buku tersebut harus sesuai dan mudah untuk dimaknai jangan sampai malah membuat siswa menjadi bingung dalam mempelajarinya. Jika buku yang digunakan dalam semua sekolah sama setiap jenjangnya maka bisa membuat persepsi yang satu dengan yang lainnya juga sama.
    5.        Memiliki simbol yang kosong dari arti
Matematika tidak jauh dari yang namanya simbol. Bahkan hampir semua menggunakan simbol. Adanya simbol dapat mempermudah untuk mempelajarinya dan mengomunikasikannya. Simbol matematika tidak akan ada artinya jika tidak dikaitkan dengan konteks tertentu atau bisa juga dianggap sebagai simbol yang kosong dai arti. Misalnya saja ada tanda x tanpa adanya keterangan yanga lainnya, maka tanda x tersebut tidak mempunyai makna apapun. Terkecuali jika ada keterangan selanjutnya seperti: tanda x mewakili banyaknya barang yang berwarna merah. Hal ini menjadi suatu perbedaan antara simbol matematika dan simbol bukan matematika. Kosongnya arti dari simbol matematika menjadi kekuatan  matematika untuk dapat digunakan dalam berbagai bidang kehidupan.
    6.        Memperhatikan semesta pembicaraan
Penjelasan dalam memperhatikan semesta pembicaraan maish berhubungan dengan simbol yang kosong dari arti dan bila dikaitkan dengan konteks tertentu dapat memiliki makna yang berarti. Jika lingkup pembicaraan mengenai bilangan, maka simbol-simbol diartikan sebagai bilangan. Jika lingkup pembicaraan mengenai geometri, maka simbol-simbol tersebut diartikan sebagai suatu geometri. Sesungguhnya lingkup pembicaraan tersebutlah yang disebut dengan semesta pembicaraan. Suatu penyelesaian matematika sangat ditentukan oleh semesta pembicaraan. Jika seseorang salah dalam memaknai semesta tersebut, maka ia bisa tersesat dan cenderung akan masuk jurang. Namun ada juga yang tidak memperhatikan semestanya, sehingga ia menjawab dengan jawaban yang salah. Oleh karena itu, perlu diperhatikannya semesta pembicaraan agar dapat menentukan solusi apa yang akan digunakan sehingga bisa menyelesaikan suatu masalah.

BAB III: Objek dan Metode Matematika dalam Pendidikan Matematika
Objek dasar matematika terdiri dari fakta, konsep, operasi, dan prinsip. Objek-objek tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:
  •     1.        Fakta merupakan kesepakatan yang diungkapkan menggunakan simbol-simbol tertentu. Misalnya saja simbol 5 yang menyatakan sebagai bilangan lima. Jadi sudah pasti bahwa jika menyajikan simbol 8 maka sudah bisa dipahami bahwa yang dimaksud adalah delapan. Selain itu, ada juga simbol operasi (+) yang dapat digunakan untuk penjumlahan dan pengurangan. Sehingga jika ada bilangan 4+5 akan mengahsilkan bilangan 9.  Hal ini biasanya ditulis dengan simbol 4+5=9. Namun ada juga fakta mengenai tanda (-) yang berarti bisa mengandung dua makna yaitu bisa berarti tanda negatif ataupun bisa sebagai tanda operasi. Tidak jarang juga siswa salah dalam mengebutkan tanda tersebut. Yang seharusnya disebutkan tanda kurang malah menjadi tanda negatif dan begitupun sebaliknya. Oleh karena itu, dalam pembelajaran siswa harus dipahamkan mengenai tanda tersebut, kapan ia berperan menjadi operasi dan kapan ia berperan menjadi pernyataan atau tanda negatif karena dikhawatirkan jika siswa salah dalam menyebutkan tanda maka orang yang mendengarkannya juga bisa salah paham.
        2.        Konsep merupakan ide atau gagasan yang dibentuk dengan memandang sifat-sifat yag sama dari sekumpulan objek. Pemahaman konsep ada pada setiap kajian dalam matematika baik dalam materi trapesium, matriks, kesebangunan, persamaan kuadrat, dan lain sebagainya.
        3.        Operasi sering disebut sebagai skill. Skill merupakan keterampilan yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat menyelesaikan segala tugas dengan kecepatan dan ketepatan yang tinggi. Namun kenyataannya masih banyak siswa yang kurang dalam menyelesaikan persoalan matematika apalagi siswa yang tidak menyukainya. Untuk itu, perlu adanya sebuah strategi yang dapat menumbuhkan skill dari semua siswa.
        4.        Prinsip merupakan objek matematika yang kompleks karena didalamnya terdiri dari beberapa fakta, konsep, yang dikaitkan dalam suatu operasi. Contoh prinsip dalam matematika yaitu dalam materi matematika seperti teorema, aksioma, hukum-hukum, dan lain-lain. Semakin tinggi tingkatan maka semakin sulit dan kompleks matematika yang dipelajarai. Jadi, guru tidak boleh lengah dan terus berusaha untuk dapat memotivasi siswa sehingga siswa bisa lebih mudah dalam menerima pelajaran walaupun sesulit apapun. 
Sedangkan dalam matematika tidak hanya mengetahui objek kajiannya saja, namun juga perlu diketahui metode-metode apa yang dapat digunakan dalam pendidikan matematika. Menurut Erman dkk (Erita, 2016), metode pembelajaran merupakan bagaimana cara menyajikan materi yang masih bersifat umum. Dalam suatu pembelajaran, guru diharapkan dapat mneggunakan metode yang sesuai dengan karakter siswanya dan yang dikuasainya. Sehingga guru membutuhkan persiapan yang matang sebelum masuk ke dalam kelas karena ditakutkan jika guru belum sipa dalam segala sesuatunya bisa membuat pembelajaran menjadi berantakan dan apa yang diinginkan tidak bisa tercapai dengan baik. Ada beberapa metode yang dapat diterapkan dalam pembelajaran matematika di kelas yaitu sebagai berikut: 
   1.        Metode Ceramah
Metode ceramah merupakan suatu cara yang digunakan untuk menyampaikan informasi secara lisan kepada orang lain. Dalam penerapan metode ini, guru lebih aktif dibandingkan dengan siswa karena guru sebagai pusat perhatian. Namun dalam kurikulum saat ini, metode ceramah diharapkan untuk tidak diterapkan dalam pembelajaran lagi karena seharusnya yang menjadi pusat adalah siswa dan bukan guru. Akan tetapi, kenyataannya metode ini masih juga digunakan dalam pembelajaran, karena sesungguhnya ada beberapa materi yang sulit dimengerti oleh siswa jika tidak dibarengi dengan ceramah. Jadi, metode ceramah masih memiliki keunggulan dalam keadaan tertentu.
    2.        Metode Ekspositori
Metode ekspositori tidak jauh berbeda dengan metode ceramah yang masih berpusat pada guru. Namun, pada metode ini dominasi guru berkurang karena tidak secara terus menerus berbicara. Dalam metode ini, siswa lebih aktif dibandingkan dengan metode ceramah. Metode ekspositori lebih unggul dibandingkan dengan metode ceramah, karena tidak hanya guru saja yang aktif, tetapi siswanya juga aktif.
    3.        Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi juga tidak jauh beda dengan dengan metode ceramah dan metode ekspositori. Namun, metode ini dominasi lebih berkurang lagi. Sesungguhnya semua metode pembelajaran pasti memiliki kelemahan dan keunggulannya masing-masing.
    4.        Metode Drill dan Metode Latihan
Metode drill dan latihan merupakan metode dalam megembangkan potensi siswa dalam bidang kogniif, afektif, maupun dalam bidang psikomotorik. Adanya latihan sangat penting untuk dilakukan karena dapat menguji sejauh mana pemahaman siswa dan dalam hal apa yang siswa belum bisa pahami. Hal ini bisa juga digunakan untuk memantapkan konsep dalam pikiran siswa. Biasanya latihan diberikan setelah guru selesai dalam memberikan materi. Latihan yang dilakukan di sekolah akan lebih baik jika bisa diselesaikan langsung di sekolah. Karena sesungguhnya jika hal tersebut digunakan sebagai pekerjaan rumah, maka dapat membuat siswa menjadi terbebani. Oleh karena itu, baik bagi guru untuk dapat memfasilitasi siswanya sehingga dapat mengerjakan latihan yang diberikan dengan baik, benar, dan tepat waktu, sehingga tidak menjadi beban jika sudah sampai di rumah. Namun sebagai siswa juga jangan sampai lupa bahwa tugasnya adalah belajar, sehingga walaupun tidak diberikan pekerjaan rumah, akan lebih baik lagi jika mempelajarinya lagi ketika sudah sampai di rumah.
   5.        Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab merupakan cara dalam menyajikan bahan pelajaran dengan membrikan pertanyaan yang akan dijawab oleh siswa. Dalam melakukan tanya jawab ada beberapa hal yang sebaiknya dilakuakn oleh guru yaitu, a) Menghargai jawaban, pertanyaan, keluhan, maupun tindakan dari siswa yang dirasa tidak sesuai, b) Menerima jawaban siswa lalu memeriksanya dengan memberikan umpan balik, c) Merangsang siswa untuk aktif berpartisipasi dalam metode tanya jawab tersebut, d) mengajukan pertanyaan kepada siswa yang menjadi sasaran sesuai dengan keperluannya, e) Bertindak seolah-olah belum tahu atau membuat kekeliruan secara sengaja, f) Mengajukan pertanyaan yang memiliki taraf lebih tinggi. Metode ini lebih unggul dibandingkan dengan metode yang sebelumnya. Disini siswa akan lebih berperan aktif.
    6.        Metode Penemuan
Pada metode penemuan siswa akan berusaha untuk mencari dan menemukan sendiri. Disini guru menyajikan bahan pembelajaran tidak dalam betuk yang benar-benar sudah selesai, namun ada hal-hal yang harus ditambahkan agar menjadi penyelesaian yang baik. Metode ini berguna agar siswa lebih aktif dan kreatif. Namun saat ini siswa terlalu banyak mengeluh jika diberikan sedikit tantangan. Tentu hal tersebut menjadi tugas guru unuk dapat memberikan stimulus sehingga siswanya tidak mudah menyerah. 
    7.        Metode Inkuiri
Metode ini mirip dengan metode penemuan. Perbedaannya adalah dalam metode penemuan pada hasil akhir yang harus ditemukan siswa merupakan sesuatu yang baru baginya, namun sudah direncanakan dan diketahui oleh guru. Akan tetapi, dalam metode inkuirihal baru yang dimaksudkan untuk siswa juga merupakan hal yang belum diketahui juga oleh guru. Memang cukup sulit memahami sesuatu yang benar-benar masih asing. Tapi dengan adanya tekat dan usaha segala sesuatu bisa terasa lebih mudah.

Daftar Pustaka
Erita, Selvia. 2016. Beberapa Model, Pendekatan, Strategi, dan Metode dalam Pembelajaran Matematika. Tarbawi: Jurnal Ilmu Pendidikan 1 (2) vol. 1
Majid, Abdul. 2009. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosda Karya
Yuhasriati. 2012. Pendekatan Realistik dalam Pembelajaran Matematika. Jurnal Peluang, Volume 1, Nomor 1, Oktober 2012, ISSN: 2302-5158


Sabtu, 29 Desember 2018

Filsafat Ilmu

Philosophy of Mathematics Education

Activity 1: Ideology of Education

  1.    Radikal memiliki arti bersifat bebas ataupun berpandangan luas. Sedangkan radikalisme merupakan ideologi atau paham yang ingin melakukan perubahan pada sistem sosial dan politik dengan menggunakan cara-cara kekerasan/ ekstrim. istilah “Radikal” dikenal pertamakali setelah Charles James Fox memaparkan tentang paham tersebut pada tahun 1797. Saat itu, Charles James Fox menyerukan “Reformasi Radikal” dalam sistem pemerintahan di Britania Raya (Inggris). Reformasi tersebut dipakai untuk menjelaskan pergerakan yang mendukung revolusi parlemen di negara tersebut. Pada akhirnya ideologi radikalisme tersebut mulai berkembang dan kemudian berbaur dengan ideologi liberalisme. Ciri-ciri radikalisme yaitu:

                               a.      Radikalisme adalah adalah tanggapan pada kondisi yang sedang terjadi, tanggapan tersebut kemudian diwujudkan dalam bentuk evaluasi, penolakan, bahkan perlawanan dengan keras.
                              b.       Melakukan upaya penolakan secara terus-menerus dan menuntut perubahan drastis yang diinginkan terjadi.
                               c.     Orang-orang yang menganut paham radikalisme biasanya memiliki keyakinan yang kuat terhadap program yang ingin mereka jalankan.
                              d.      Penganut radikalisme tidak segan-segan menggunakan cara kekerasan dalam mewujudkan keinginan mereka.
                               e.     Penganut radikalisme memiliki anggapan bahwa semua pihak yang berbeda pandangan dengannya adalah bersalah.
Dalam dunia pendidikan tidak bisa terhindar dari fenomena-fenomena kekerasan yang menjadikan tujuan pendidikan gagal di raih. Radikalisme bisa muncul dari berbagai elemen dalam pendidikan. Secara umum fenomena radikalisme dalam pendidikan lahir dari guru kepada siswa, dari siswa kepada guru dan juga dari orang tua/masyarakat kepada elemen elemen yang ada di dalam pendidikan. Bentuk radikalisme dalam pendidikan tidak semuanya berupa aksi kekerasan, tetapi juga dapat diwujukan dalam bentuk ucapan dan sikap yang berpotensi melahirkan kekerasan yang tidak sesuai dengan norma-norma pendidikan.
2.  Konservatif memiliki arti bersikap mempertahankan keadaan, kebiasaan, dan tradisi yang berlaku. Sedangkan konservatisme merupakan paham politik yang ingin mempertahankan tradisi dan stabilitas sosial, melestarikan pranata yang sudah ada, menghendaki perkembangan setapak demi setapak, serta menentang perubahan yang radikal, atau konservatisme bisa juga diartikan sebagai sebuah filsafat politik yang mendukung nilai-nilai tradisional. Samuel Francis mendefinisikan konservatisme sebagai bertahannya orang-orang tertentu dan ungkapan-ungkapan yang kebudayaannya dilembagakan. Sedangkan Roger Scruton menyebutnya sebagai politik penundaan yang bertujuan untuk mempertahankan selama mungkin keberadaan kehidupan dan kesehatan dari organisme sosial. Karena berbagai budaya memiliki nilai-nilai yang berbeda-beda, maka kaum konservatif diberbagai kebudayaan memiliki tujuan yang berbeda-beda juga. Ciri-ciri ideologi konservatisme:
                              a.      Lebih mementingkan lembaga-lembaga kerajaan dan gereja
                              b.      Agama dipandang sebagai kekuatan utama disamping upaya pelestarian tradisi dan kebiasaan dalam tata kehidupan masyarakat.
                              c.      Lembaga-lembaga yang sudah mapan seperti keluarga, gereja, dan negara semuanya dianggap suci. Konservatisme menentang radikalisme dan skeptisisme.
Banyak orang yang mengusulkan bahwa bangkitnya konservatif sudak terjadi sejak masa awal reformasi khususnya dalam karya-karya teolog yaitu Richard Hooker yang menekankan pengurangan politik dalam menciptakan keseimbangan untuk menuju keharmonisan sosial dan kebaikan bersama. Namun setelah polemic Edmund Burke muncul, konservatisme memperoleh penyaluran pandangan-pandangan yang berpengaruh. Edmund Burke (1729-1797) gigih mengajukan argumen menentang Revolusi Perancis, juga bersimpati dengan sebagian dari tujuan-tujuan Revolusi Amerika. Burke mengembangkan gagasan-gagasan ini sebagai reaksi terhadap gagasan ‘tercerahkan’ tentang suatu masyarakat yang dipimpin oleh nalar yang abstrak. Edmund Burke merupakan pendiri dari ideologi konservatif.
3.   Liberal bisa diartikan memiliki pandangan yang bebas. Liberalisme berasal dari bahasa latin yaitu dari kata “liberalis” yang berarti bebas, merdeka, tak terikat dan tak tergantung. Ideologi ini mementingkan kebebasan perseorangan. Dalam ajaran liberalisme manusia pada hakikatnya adalah mahluk individu yang bebas, pribadi yang utuh dan lengkap serta terlepas dari manusia lainnya sehingga keberadaan individu lebih penting dari masyarakat. berikut akan dijelaskan mengenai pandangan yang relevan dari tokoh-tokoh liberalisme klasik:
                              a.      Marthin Luther dalam Reformasi Agama menyatakan bahwa Gerakan Reformasi Gereja pada awalnya hanya serangkaian protes kaum bangsawan dan penguasa Jerman terhadap kekuasaan imperium Katolik Roma. Pada saat itu keberadaan agama sangat mengekang, tidak ada kebebasan, yang ada hanya dogma-dogma agama dan dominasi gereja. Individu menjadi tidak  berkembang, kerena mereka tidak boleh melakukan hal-hal yang dilarang oleh Gereja bahkan dalam mencari penemuan ilmu pengetahuan sekalipun, sehingga pada puncaknyatimbul sebuah reformasi gereja (1517) yang menyulut kebebasan dari para individu.
                              b.      John Locke dan Hobbes memiliki pemikiran yang bertolak belakang. Hobbes (1588 – 1679) berpandangan bahwa dalam ‘’State of Nature’’, individu itu pada dasarnya egois, sesuai dengan fitrahnya. Namun manusia ingin hidup damai. SedangkanJohn Locke (1632 – 1704) berpendapat bahwa individu pada State of Nature adalah baik, namun karena adanyakesenjangan akibat harta atau kekayaan, maka khawatir jika hak individu akan diambil olehorang lain sehingga mereka membuat perjanjian yang diserahkan oleh penguasa sebagai pihak penengah namun harus ada syarat bagi penguasa.
                              c.       Adam Smith memiliki pemikiran bahwa politik dan ekonomi dikelompokkan menjadi tiga pemikiran yaitu: 1) Falsafah politik. 2) Identifikasi mengenai faktor penentu nilai dan harga barang. 3) Pola, sifat, dan arah kebijaksanaan negara yang mendukung kegiatan ekonomi kearah kemajuan dan kesejahteraan mesyarakat.
Ciri-ciri dari ideologi liberalisme adalah sebagai berikut:
                              a.      Demokrasi merupakan bentuk pemerintahan yang lebih baik
                              b.      Anggota masyarakat memiliki kebebasan intelektual penuh termasuk kebebasan berbicara
                              c.      Pemerintah hanya mengatur kehidupan masyarakat secara terbatas
                             d.       Kekuasaan dari seseorang terhadap orang lain (penyalahgunaan kekuasaan) merupakan hal yang buruk.
4.      Humanis yaitu orang yang mendambakan dan memperjuangkan terwujudnya pergaulan hidup yang lebih baik berdasarkan asas perikemanusiaan. Humanis bisa juga diartikan sebagai suatu teori yang tertuju pada masalah bagaimana tiap individu dipengaruhi dan dibimbing oleh maksud-maksud pribadi yang mereka hubungkan kepada pengalaman-pengalaman mereka sendiri.Teori humanistik adalah teori belajar yang memanusiakan manusia. Pembelajaran dipusatkan pada pribadi seseorang. Teori ini tidak lepas dari pendidikan yang berfokus pada bagaimana menghasilkan sesuatu yang efektif, bagaimana belajar yang bisa meningkatkan kreativitas dan memanfaatkan potensi yang ada pada seseorang. Teori humanistik ini muncul sebagai perlawanan terhadap teori belajar sebelumnya, yaitu Teori Behaviouristik, yang dianggap terlalu kaku, pasif, bahkan penurut ketika menggambarkan manusia. Ada beberapa tokoh humanis sebagai berikut:
                              a.      Artur Combs memiliki pendapat bahwa belajar merupakan hal yang bisa terjadi tatkala bagi seseorang ada artinya. Guru tidak bisa memaksa seseorang untuk mempelajari hal yang tidak disukai atau dianggap tidak relevan. Ketika muncul perlawanan, hal itu sebenarnya merupakan bentuk perilaku buruk yang mencerminkan ketidakmauan seseorang untuk mempelajari hal yang bukan minatnya, karena sama saja dengan melakukan sesuatu yang baginya tidak mendatangkan kepuasan.
                              b.     Abraham H. Maslow (1908-1970) yang menyebut aliran humanistic sebagai "koalisi berbagai sempalan psikologi ke dalam suatu filsafat tunggal". Esensi filsafat tunggal itu berwujud pengakuan bahwa spesies manusia memiliki ciri-ciri dan kesanggupan-kesanggupan yang unik, terdapat nilai-nilai utama universal yang menjadi bagian dari alam biologis manusia, naluriah dan tidak dipelajari. Selanjutnya tujuan utama segenap upaya manusia adalah realisasi diri atau aktualisasi diri yaitu pengungkapan dan penggunaan kemungkinan-kemungkinan dan kesanggupan-kesanggupan secara penuh.
                              c.     Carl Ranson Rogers (1902-1987) mendasarkan teori dinamika kepribadian pada konsep aktualisasi diri. Aktualisasi diri adalah daya yang mendorong pengembangan diri dan potensi individu, sifatnya bawaan dan sudah menjadi cirri seluruh manusia. Aktualisasi diri yang mendorong manusia sampai kepada pengembangan yang optimal dan menghasilkan ciri unik manusia seperti kreativitas, inovasi, dan lain-lain.
                             d.      Masih banyak lagi tokoh humanis terkenal seperti Albert Einstein, Bertrand Russell, Carl Sagan, Cicero, David A. Kolb, Edward Said, Erasmus, Erich Fromm, Francesco Petrarca, Gene Roddenberry, Giovanni Battista Vico, Hans-Georg Gadamer, Dr.Henry Morgentaler, Isaac Asimov, Israel Shahak, Jacob Bronowski, Jean-Paul Sartre, Johann Reuchlin, John Dewey, John Ralston Saul, Julius Caesar Scaliger, Kurt Vonnegut, Linda Smith, Michel de Montaigne, Paul Kurtz, Philipp Melanchthon, Plato, Protagoras, Rabelais, Richard Dawkins, Robert Clark Young, Roberto Weiss, Socrates, Thomas Paine, Voltaire, W.T. Harris, Werner Jaeger, dan Ranu Mulyana.

5.  Progresif berarti berhaluan ke arah kemajuan. Sedangkan progresivisme sebagai salah satu aliran filsafat pendidikan, muncul sebagai reaksi terhadap pola-pola pendidikan yang bersifat tradisional yang menekankan metode-metode formal pengajaran, belajar mental (kejiwaan), dan sastra klasik peradaban Barat. Aliran filsafat progresivisme mendukung pemikiran baru yang dipandang lebih baik bagi perkembangan pendidikan dimasa yang akan datang. Tampaknya filsafat progresivisme menuntut kepada para penganutnya untuk selalu maju (progres): bertindak secara konstruktif, inovatif, reformatif, aktif dan dinamis. Sebab naluri manusia selalu menginginkan perubahan-perubahan. Ada beberapa tokoh aliran progressivisme yaitu:
                              a.       William James (1842-1910) berkeyakinan bahwa otak atau pikiran, seperti juga aspek dari eksistensi organik, harus mempunyai fungsi biologis dan nilai kelanjutan hidup. Dan dia menegaskan agar fungsi otak atau fikiran itu dipelajari sebagai bagian dari mata pelajaran pokok dari ilmu pengetahuan alam. Jadi James menolong untuk membebaskan ilmu jiwa prakonsepsi teologis, dan menempatkannya da atas dasar ilmu prilaku.
                              b.      John Dewey (1859-1952) yang teorinya tentang sekolah adalah progresivisme yang lebih menekankan kepada anak didik dan minatnya dari pada mata pelajarannya sendiri. Maka muncullah “Cild Centered Curiculum”, dan “Cild Centered School”. Progresivisme mempersiapkan anak masa kini dibanding masa depan yang belum jelas.
                              c.      Hans Vaihinger (1852-1933) menurutnya tahu itu hanya mempunyai arti praktis. Persesuaian dengan objeknya mungkin dibuktikan, satu-satunya ukuran bagi berpikir ialah gunanya untuk mempengaruhi kejadian-kejadian didunia.
Pandangan progresivisme dan penerapannya dalam bidang pendidikan sebagai berikut:
·       Anak didik diberikan kebebasan secara fisik maupun cara berpikir, guna mengembangkan bakat dan kemampuan yang terpendam dalam dirinya. Oleh karena itu, aliran filsafat progresivisme tidak menyetujui pendidikan yang otoriter.
·       Filsafat progresivisme menghendaki jenis kurikulum yang bersifat luwes (fleksibel) dan terbuka. Jadi kurikulum itu bisa diubah dan dibentuk sesuai dengan zamannya.
·       Progresivisme tidak menghendaki adanya mata pelajaran yang diberikan terpisah, melainkan harus terintegrasi dalam unit. Dengan adanya mata pelajaran yang terintegrasi dalam unit, diharapkan anak dapat berkembang secara fisik mauopun psikis dan dapat menjangkau aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor.
6. Sosialisme secara etimologi berasal dari bahasa Perancis yaitu sosial yang berarti kemasyarakatan. Sosialisme adalah paham yang menghendaki segala sesuatu harus diatur bersama dan hasilnya dinikmati bersama-sama. Ada beberapa tokoh-tokoh sosialis seperti Karl Marx (1818-1883) sebagai pelopor utama gagasan “Sosialisme ilmiah”, Frederic H. Engels (1820-1895) bersama Karl Marx menulis buku Communist Manifesto, serta ada anma-nama penting dalam ideologi sosialisme yaitu C.H. Saint Simon (1760-1825), F.M Charles Fourier (1772-1837), Etinne Cabet (1788-1856), Wilhelm Weiling (1808-1871), dan Louis Bland (1811-1882). Karl Marx dan Friedrich Engels berpendapat bahwa sosialisme akan muncul dari keharusan sejarah kapitalisme yang diberikan sendiri sudah usang dan tidak berkelanjutan akibat dari meningkatnya kontradiksi internal yang muncul dari perkembangan kekuatan produktif dan teknologi. Itu menjadi kemajuan dalam kekuatan produktif yang dikombinasikan dengan hubungan sosial lama dengan produksi kapitalisme yang akan menghasilkan kontradiksi, dan kemudian mengarah ke kesadaran kelas pekerja.
7.  Demokrasi berasal dari dua kata, yaitu demos yang berarti rakyat, dan kratos/cratein yang berarti pemerintahan, sehingga dapat diartikan sebagai pemerintahan rakyat, atau yang lebih kita kenal sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Ide-ide dan ciri-ciri pokok paham demokrasi:
                              a.      Kedaulatan sekaligus pemerintahan ditangan rakyat, dari rakyat, dan kembali kepada rakyat.
                              b.       Adanya kebebasan untuk apa saja yang diberikan kepada rakyat
                              c.       Persamaan hak-hak dan kewajiban bagi semua rakyat
                             d.       Kontrol kepada kekuasaan secara ketat oleh rakyat yang direpresentasikan oleh lembaga politik maupun secara langsung seperti pers yang bebas
                              e.      Partisipasi politik oleh seluruh komponen masyarakat
                               f.     Penguatan pada apa yang disebut civil society, yang sebagai akibatnya dominasi militer ditolak.
                              g.     Agama di mata demokrasi menjadi urusan pribadi-pribadi atau rakyat
Macam-macam demokrasi:
                               a.      Menurut cara penyaluran kehendak rakyat, demokrasi dibedakan atas Demokrasi Langsung dan Demokrasi Tidak Langsung.
                              b.       Menurut dasar prinsip ideologi, demokrasi dibedakan atas : Demokrasi Konstitusional (Demokrasi Liberal) dan Demokrasi Rakyat (Demokrasi Proletar).
                               c.     Menurut dasar yang menjadi titik perhatian atau prioritasnya, demokrasi dibedakan atas : Demokrasi Formal, Demokrasi Material, dan Demokrasi Campur.
                              d.      Menurut dasar wewenang dan hubungan antara alat kelengkapan negara, demokrasi dibedakan atas : Demokrasi Sistem Parlementer dan Demokrasi Sistem Presidensial.
Tokoh-tokoh paham ini antara lain seperti:
                               a.     L.G. Address (1863) yang mempopulerkan “pemerintah dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat;
                              b.      JJ. Rousseau, penggagas Triaspolitika;
                               c.     John Stuart Mill (1806-1872), pelopor demokrasi modern yang bergaya moderat antara kapitalisme dan sosialisme;
                              d.      James Madison, salah seorang pendiri konstitusi  Amerika Serikat;  
                               e.     Jeremy Bentham, seorang ekonom yang utilitarianis.

Activity 2: Nature of Education
1.      Obligation (kewajiban)
Menurut UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Seorang anak pertama kali mendapatkan pendidikan dari orang tuanya. Pendidikan yang diberikan baru mengenai hal-hal yang dasar seperti bagaimana cara makan, apa yang harus dilakukan sebelum makan, bagaimana cara menggosok gigi, bagaimana cara mandi, dan lain sebagainya. Ini merupakan dasar dari pendidikan yang diberikan orang tua. Tetapi setelah seorang anak sudah memasuki usia 3 sampai 5 tahun, orang tua mempunyai kewajiban untuk menyekolahkan anaknya di PAUD atau TK lalu diteruskan pada jenjang yang lebih tinggi. Hal ini merupakan salah satu upaya yang dilakukan orang tua agar anaknya bisa bersosialisasi dengan orang lain yang masih asing atau yang belum dikenalnya.
Sistem pendidikan di Indonesia sudah mulai merintis untuk menerapkan wajib belajar 12 tahun. Pemerintah benar-benar mengupayakan agar semua anak Indonesia bisa mendapatkan pendidikan. Adanya upaya seperti ini membuat kita sadar bahwa sesungguhnya pendidikan itu sangat penting. Pendidikan tidak hanya berguna bagi diri sendiri tetapi juga berguna bagi orang lain. Sehingga kita memiliki kewajiban untuk belajar dengan baik dan benar agar bisa menjadi sosok yang selalu di idam-idamkan oleh banyak orang serta bisa menjadi pribadi yang dapat berguna bagi nusa, bangsa, serta agamanya.

2.      Preserving (melestarikan).
Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak kebudayaan dan menjadi daya tarik tersendiri bagi negara-negara lain untuk dapat mengunjunginya. Kebudayaan tentunya perlu untuk terus dilestarikan karena ini menjadi kekayaan dari Negara Indonesia.Budaya memelukan pendidikan untuk dapat menjadikannya bentuk yang lebih menarik dan memiliki ciri khas. Manusia merupakan makhluk berbudaya, sehingga budaya sudah menjadi sesuatu yang tumbuh dan mengakar dalam dirinya. Oleh karena itu, perlunya pendidikan bagi seluruh warga negara agar dapat melestarikan kebudayaannya dan tidak mudah terpengaruh dengan kebudayaa luar yang menyimpang.
Nilai-nilai kebudayaan lebih baiknya jika diterapkan dalam pendidikan. Generasi penerus bangsa harus memiliki kepribadian yang baik dan jangan sampai lupa dengan kebudayannya sendiri. Pendidikan dan budaya harus selaras untuk dapat menghidupkan kembali tradisi yang pernah ada seperti gotong royong, musyawarah mufakat, dan melestarikan nilai-nilai budaya sebagai identitas bangsa. selain itu juga, pendidikan diharapkan mampu untuk membentuk manusia yang mampu bersosialisasi dalam masyarakat sehingga dapat mempertahankan kelangsungan hidup, baik secara individu, kelompok, maupun masyarakat secara keseluruhan. Untuk itu, dalam pendidikan tidak hanya untuk memberikan pengajaran namun juga dapat menanamkan nilai-nilai budaya sehingga dapat melestarikan kebudayaan dan bisa memanfaatkan perkembangan zaman untuk lebih meningkatkan kepopuleritasan dari kebudayaan tersebut. Jadi, kebudayaan yang dimiliki tidak dengan mudahnya di klaim oleh negara lain dan bisa tetap menjadi kebudayaan milik negara sendiri.

3.      Exploiting (memanfaatkan)
Belajar tidak hanya dilakukan oleh orang yang muda-muda saja, namun juga baik dilakukan oleh semua orang tidak memandang berapa usianya. Sebagai seorang pembelajar harus pintar-pintar dalam memanfaatkan pendidikan. Apalagi yang bisa menempuh pada jenjang yang lebih tinggi lagi seperti perguruan tinggi. Semua orang memiliki kemampuan dan kekurangan masing-masing. Bagi yang merasa mampu bisa melanjutkanya pada jenjang yang lebih tinggi, namun bagi orang yang tidak memiliki cukup biaya hanya bisa sampai pada jenjang menengah atas saja. Hal ini harus kita sadari bahwa masih bayak orang yang kurang beruntung. Kita sebagai orang yang lebih beruntung diberikan kesempatan untuk menimba ilmu pada jenjang yang lebih tinggi sehingga kita harus bisa memanfaatkan keadaan ini untuk dapat menimba ilmu sebanyak-banyaknya sehingga bisa meningkatkan kualitas kita.

4.      Transforming (mengubah)
Pengetahuan, Keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang duturunkan dari generasi ke generasi disebut sebagai pendidikan. Selain itu juga, pendidikan juga bisa sebagai upaya untuk mengubah ke arah yang lebih baik dan dapat memperkaya pengetahuan, mindset, pola pikir, serta mengubah cara pandang seseorang dalam menghadapi dan menyelesaikan sebuah permasalahan. Cara seseorang dalam mendidik dirinya bisa dengan berbagai cara, ada yang melalui jenjang kelas, ada yang belajar dari alam, ada yang langsung melihat keadaan disekitar yaitu dengan melihat fenomena yang terjadi.
Pendidikan merupakan pintu masuk menuju masa depan, sehingga kita bisa mengubah dunia dengan pendidikan. Seseorang yang telah selesai menempuh pendidikan di perguruan tinggi dapat membagi pengetahuannya kepada orang lain yang membutuhkan, sehingga apa yang dimiliki tidak hanya untuk diri sendiri melainkan bisa berguna bagi orang lain dan bisa bersama-sama dalam mengubah dunia. Sesungguhnya dalam melakukan perubahan tidak bisa dilakukan sendiri. Untuk itu, marilah kita berjuang untuk mengubah dunia demi kehidupan yang lebih baik melalui pendidikan. Bagi yang menempuh pendidikan di negara orang, jangan sampai lupa dengan negaranya sendiri. Sehingga, setelah selesai pendidikannya alangkah lebih baik jika kembali ke negara asalnya dan ikut berpartisipasi dalam membangun negaranya untuk menjadi lebih baik lagi dan siap untuk menghadapi segala perubahan dunia.

5.      Liberating (membebaskan)
Pendidikan merupakan suatu proses bagi anak untuk menemukan hal paling penting dalam hidupnya yaitu terbebas dari segala hal yang mengekang kemanusiaannya menuju hidup yang penuh dengan kebebasan. Dalam hal ini, kebebasan yang dimaksud bukan bebas yang sebebas-bebasnya, namun masih tetap mempedulikan hal-hal yang lainnya. Salah satu tujuan dari pendidikan adalah membebaskan, sehingga semua orang penting untuk berperan langsung dalam proses pendidikan.
Paulo Freire berpendapat mengenai pendidikan yang membebaskan. Semasa hidupnya, ia pernah diangkat menjadi direktur. Selama bekerja, terutama saat bekerja di antara orang-orang miskin yang buta huruf, ia melakukan proses belajar mengajar yang disebut para ahli pendidikan sebagai gerakan membebaskan yaitu membebaskan dari ketidaktahuan. Freire sangat memahami bahwa orang-orang miskin sangat membutuhkan pendidikan. Sesungguhnya pemikiran mengenai pendidikan telah dikumandangkan oleh pemikir Indonesia juga yang melihat kondisi masyarakatnya khususnya pada masa perjuangan kemerdekaan seperti Ki Hajar Dewantara dan Tan Malaka.
Indonesia sangat memerlukan pendidikan yang tidak hanya menjadi transfer of knowledge dan aspek kepentingan pasar saja namun juga mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat dan bangsa sehingga bisa berhasil dalam menghadapi dinamika perubahan sosial yang ada. Pada hakikatnya pendidikan dapat membebaskan dari belenggu kemiskinan, penindasan, dan kebodohan sehingga manusia bisa menjadi sosok manusia yang bebas merdeka dalam berpikir, bersuara dan bertindak.  Oleh karena itu, pendidikan harus dapat membebaskan diri dari penindasan yang terjadi.

6.      Needs (kebutuhan)
Manusia terlahir di dunia dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Ada yang terlahir dengan potensi yang bagus, ada yang terlahir dengan potensi yang sedang-sedang saja, atau bahkan ada yang terlahir dengan potensi yang cukup rendah. Kita tidak akan pernah tahu seperti apa kondisinya setelah terlahir di dunia. Setiap potensi yang ada akan lebih baik lagi jika dikembangkan. Dalam mengembangkan potensi bisa melalui pendidikan, melalui pelatihan, bisa melalui bimbingan secara khusus, dan lain sebagainya. Banyak cara yang dapat digunakan untuk mengembangkan potensi-potensi yang ada. Sesungguhnya dalam mengembangkan diri membutuhkan lingkungan hidup secara berkelompok karena terkadang apa yang kita miliki lebih dulu diketahui oleh orang lain dibandingkan dengan diri sendiri. Sehingga perlu adanya sosialisasi antara satu orang dengan orang lain. Salah satu kesempatannya yaitu dengan melakukan pendidikan di sekolah. Dimana kita bisa bertemu dengan banyak teman-teman yang berasal dari daerah berbeda dan memiliki sifat yang berbeda pula sehingga bisa bersosialisasi dan dapat mengembangkan potensi.
Pendidikan merupakan sebuah kebutuhan yang dapat menciptakan kompetensi sehingga bisa berguna dalam kehidupan. Pendidikan tidak hanya dilakukan dalam lingkup sekolah saja. Namun pendidikan juga bisa diperoleh di rumah, ditempat les, atau tempat yang lainnya selama masih dalam lingkup menjadikan seseorang untuk menjadi manusia yang lebih baik. Dalam hal ini, pendidikan sangat dibutuhkan oleh semua orang karena tidak hanya dapat mengetahui dan mengembangkan potensi, tetapi yang lebih utama yaitu dapat menjadikan pribadi yang bertanggung jawab dan lebih baik.

7.      Democracy (demokrasi)
Pendidikan yang demokratis memberikan kesempatan kepada setiap anak untuk mendapatkan pendidikan yang sesuai. Demokrasi dalam ranah pendidikan merupakan gagasan atas pandangan hidup yang mengutamakan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama bagi semua orang dalam berlangsungnya proses pendidikan. Dalam prosesnya, dunia pendidikan diwajibkan untuk dapat menciptakan manusia dengan pemikiran yang kritis, kreatif, dan inovatif sehingga mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Demokrasi pendidikan memberikan manfaat dalam kehidupan yaitu menumbuhkan rasa hormat terhadap harkat sesama manusia, setiap manusia memiliki perubahan kearah pikiran yang sehat, serta rela berbakti untuk kepentingan dan kebaikan bersama.



Daftar Pustaka
Salu, Vega Ricky dan Triyanto. 2017. Filsafat Pendidikan Progresivisme dan Implikasinya dalam Pendidikan Seni di Indonesia, dalam Jurnal Imajinasi Vol XI No. 1, Januari 2017.


By: Aan Andriani (18709251030)